my iklan

Powered By Blogger

Selasa, 02 Juni 2009

PENETAPAN KADAR SAKARIN, ASAM
BENZOAT, ASAM SORBAT, KOFEINA,
DAN ASPARTAM DI DALAM BEBERAPA
MINUMAN RINGAN BERSODA SECARA
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004, 148 - 159
ISSN : 1693-9883
ABSTRACT
As the food and beverages industry grows in Indonesia, there also has been an
increase in the soft-drinks production in the society. There are elements often added
into the drinks; such as caffeine, artifical sweetener and preservatives,which the
content should be monitored. Because, if they are over-used, they will be hazardous
to health. The purpose of this research is to obtain the optimum analysis condition
for determining the content of saccharin, aspartame, benzoic acid, sorbic acid and
caffeine, which are in the soft-drinks, using the reversed phase High-Performance-
Liquid-Chromatography (HPLC). In this study, the condition used are Latek 18
column (15 cm x 4.0 mm), mobile phase as a mixture of acetonitrile and acetat
buffer pH 5(5:95), flow rate 1,0 ml/minutes and detected by a 254 nm length-wave.
The detection limit discovered by this method are for saccharin, benzoic acid, sorbic
acid, caffeine and aspartame, respectively, are 0,2 ppm; 0,2 ppm; 0,007 ppm; 0,142
ppm; and 6,5 ppm. Whereas, the quantitative limit for saccharin, benzoic acid, sorbic
acid, caffeine and aspartame, respectively, are 0,689 ppm; 0,852 ppm; 0,027
ppm; 0,452 ppm; 25,2 ppm. The calibration curve ranged between 1-60 ppm for
saccharin and benzoid acid, 1-40 ppm for caffeine, 0.05-2 ppm for sorbic acid, and
30-100 ppm for aspartame. The investigation has been done for five (5) brands od
soft-drinks. The analysis results are sample A contains caffeine 96,66 ppm, sample B
contains saccharin 112,13 ppm, benzoic acid 206,81 ppm, and caffeine 130,63 ppm.
Sample C contains benzoic acid 10,83 ppm and caffeine 97,66 ppm. Sample D contains
benzoic acid 163,78 ppm, caffeine 101,52 ppm, and aspartame 231,20 ppm.
The amounts of saccharin, benzoic acid, caffeine, and aspartame which has been
found in the sample, do not exceed the tolerance limit of usage, whereas the amount
of benzoic acid which has been found in sample B exceed the tolerance limit of
usage.
Key word : benzoic acid, sorbic acid; aspartame; caffeine; HPLC; soft drink;
saccharin.
149 Vol. I, No.3, Desember 2004
PENDAHULUAN
Seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan industri makanan dan
minuman di Indonesia, telah terjadi
peningkatan produksi minuman
ringan yang beredar di masyarakat.
Pada minuman ringan sering ditambahkan
kofeina, pengawet dan pemanis
buatan yang kadarnya perlu
diperhatikan, karena apabila konsumsinya
berlebihan dapat membahayakan
kesehatan (Soerjodibroto, 2002 ;
Jacobson, 2000).
Pada penelitian ini akan dilakukan
pengujian terhadap bahan tambahan
yang terdapat dalam minuman
ringan, yaitu asam benzoat dan asam
sorbat sebagai pengawet, sakarin
dan aspartam sebagai pemanis buatan
dan kofeina sebagai pemberi efek
stimulan.
Analisis bahan tambahan di dalam
minuman ringan pada penelitian
ini menggunakan metode Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT),
karena analisis dengan KCKT cepat,
daya pisah baik, peka, penyiapan
sampel mudah, dan dapat dihubungkan
dengan detektor yang sesuai
(Johnson, 1991). Beberapa pustaka
menunjukkan bahwa metode KCKT
fase terbalik merupakan metode
terpilih untuk analisis campuran
bahan tambahan tersebut, karena zatzat
tersebut bersifat polar dan larut
dalam air sehingga sulit dipisahkan
menggunakan KCKT fase normal
yang menggunakan kolom polar dan
fase gerak yang bersifat non polar
(Meyers, 2000; Nollet, 1996).
Tujuan penelitian ini adalah
memperoleh analisis optimum untuk
penetapan kadar sakarin, aspartam,
asam benzoat, asam sorbat dan
kofeina yang terdapat di dalam minuman
ringan secara KCKT fase
terbalik.
BAHAN DAN CARA KERJA
Bahan : Bahan baku pembanding
natrium sakarin (China), natrium
benzoat (F.Goodrich Kalama USA),
kalium sorbat (Japan), kofeina
(China), dan aspartam (Ajinomoto).
Pelarut kimia metanol p.a asam asetat
glasial (e.Merck), ammonium asetat
(E.Merck), asetonitril p.a (E.Merck),
dan aquabides (Ikapharmindo).
Sampel minuman ringan berkabonasi
CC, DC, PC, DP dan CLC.
Alat : KCKT yang terdiri dari
pompa KCKT model LC-6A, detektor
UV-VIS model SPD-6AV, rekorder
dan integrator model C-R4A Chromatopac
(Shimadzu). Kolom C-18
Latek (15 cm x 4,0 mm). Spektrofotometer
UV-VIS 1601 (Shimadzu).
pH meter (Jenway). Neraca analitik
(Ohaus). Pengaduk ultrasonik
(Branson 3200). Saringan filter eluen
dan sampel 0,45 µm (Whatman). Alatalat
gelas.
CARA KERJA
1. Sampling minuman
Proses sampling minuman ringan
berkarbonasi dilakukan berdasarkan
merek yang beredar di pasaran (suMAJALAH
ILMU KEFARMASIAN 150
permarket di daerah Jakarta dan
Depok). Lima merek minuman
ringan berkabonasi dipilih untuk
dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Pemilihan sampel berdasarkan atas
informasi kandungan bahan-bahan
yang ditambahkan ke dalam sampel
tersebut.
2. Penetapan panjang gelombang
pengukuran
a. Pembuatan larutan baku 10 ppm
Dibuat larutan standar dari
masing-masing bahan baku pembanding
dengan kadar sakarin
9,64 ppm, asam benzoat 10,101
ppm, asam sorbat 10,05 ppm,
kofeina 10,01 ppm, dan aspartam
10,03 ppm menggunakan pelarut
aquabides yang telah disaring.
b. Penetapan panjang gelombang
pengukuran
Masing-masing larutan bahan
baku pembanding tersebut
diukur serapannya pada panjang
gelombang 200-300 nm menggunakan
spektrofotometer, lalu
dibuat kurva serapannya. Kemudian
ditentukan panjang gelombang
untuk analisis.
3. Mencari kondisi percobaan optimum
untuk analisis sakarin, asam
benzoat, asam sorbat, kofeina
dan aspartam.
Larutan campuran bahan baku
pembanding sakarin, asam benzoat,
asam sorbat, kofeina dan aspartam
di dalam pelarut aquabides, disuntikkan
sebanyak 20 µl ke dalam
kolom menggunakan fase gerak
campuran asetonitril dan dapar asetat
dengan berbagai komposisi yaitu :
a. 19:81, pH dapar 4 dan 4,5
b. 10:90, pH dapar 4 ; 4,5 ; dan 5
c. 5:95, pH dapar 4 ; 4,5 ; dan 5
Dipilih komposisi dan pH dapar
yang memberikan pemisahan terbaik,
berdasarkan waktu tambat (tR),
resolusi (R), HETP, dan jumlah pelat
teori (N). Kondisi terpilih harus digunakan
pada analisis sampel.
4. Penentuan limit deteksi dan limit
kuantitatif
Dibuat larutan bahan baku pembanding
dalam aquabides yang telah
dipasang dengan konsentrasi sakarin
dalam larutan sebesar 1,416 ppm;
0,689 ppm; 0,550 ppm; 0,344 ppm; 0,2
ppm; dan 0,138 ppm, konsentrasi
asam benzoat dalam larutan sebesar
1,072 ppm; 0,852 ppm; 0,750 ppm;
0,536 ppm; 0,268 ppm; 0,206 ppm;
dan 0,150 ppm, konsentrasi kofeina
dalam larutan sebesar 1,076 ppm; 0,5
ppm; 0,452 ppm; 0,269 ppm; 0,142
ppm; dan 0,086 ppm, konsentrasi
asam sorbat dalam larutan sebesar
0,055 ppm; 0,027 ppm, 0,013 ppm,
0,0074 ppm; dan 0,0057 ppm dan
konsentrasi aspartam dalam larutan
sebesar 25,2 ppm; 20,64 ppm; 10,32
ppm; 6,5 ppm; dan 5,16 ppm.
Larutan bahan baku pembanding
tersebut disuntikkan sebanyak 20 µl
pada kolom dengan kondisi analisis
terpilih. Limit deteksi dan limit kuantitatif
ditentukan dengan membandingkan
tinggi puncak zat dengan
tinggi puncak derau. Tinggi puncak
151 Vol. I, No.3, Desember 2004
derau adalah tinggi puncak terbesar
yang dihasilkan oleh garis dasar
pelarut.
Batas minimum limit deteksi
adalah tinggi puncak zat 2 dan 3 kali
lebih tinggi dari tinggi puncak derau,
sedangkan batas minimum limit
kuantitatif adalah tinggi puncak zat
10 kali lebih tinggi dari tinggi puncak
derau.
5. Pembuatan kurva kalibrasi
Dibuat larutan sakarin dalam
pelarut aquabides yang telah disaring
dengan konsentrasi 5,66 ppm;
11,32 ppm; 22,64 ppm; 45,28 ppm;
dan 56,6 ppm lalu disuntikkan sebanyak
20 µl ke dalam kolom menggunakan
kondisi analisis terpilih.
Catat area yang diperoleh lalu dibuat
kurva kalibrasinya. Prosedur di atas
diulangi untuk pembuatan kurva
kalibrasi asam benzoat, asam sorbat,
kofeina, dan aspartam.
Untuk kurva kalibarsi asam
benzoat, dibuat larutan aam benzoat
dengan konsentrasi 1,012 ppm; 5,06
ppm; 10,12 ppm; 20,24 ppm; 40,48
ppm; dan 60,72 ppm. Untuk kurva
kalibrasi asam sorbat dibuat larutan
asam sorbat dengan konsentrasi
0,0509 ppm; 0,1018 ppm; 0,509 ppm;
1,018 ppm; 2,036 ppm; dan 3,054 ppm.
Untuk kurva kalibrasi kofeina, dibuat
larutan dengan konsentrasi 1,01 ppm;
5,05 ppm; 10,1 ppm; 20,2 ppm; dan
40,4 ppm. Sedangkan untuk kurva
kalibrasi aspartam, dibuat larutan
aspartam dengan konsentrasi 30,24
ppm; 40,32 ppm; 50,4 ppm; 60,48 ppm;
dan 100,8 ppm.
6. Penentuan keterulangan metoda
analisis sakarin, asam benzoat,
asam sorbat, kofeina dan aspartam
Dibuat larutan sakarin dalam
pelarut aquabides yang telah disaring
dengan konsentrasi 21,88 ppm;
dan 28,57 ppm. Masing-masing
konsentrasi disuntikkan enam kali ke
dalam kolom, lalu area yang diperoleh
dicatat dan dihitung konsentrasinya
berdasarkan kurva kalibrasi
yang diperoleh. Tentukan koefisien
variasi dari masing-masing konsentrasi
dan variasi rata-rata konsentrasi
tersebut.
Prosedur yang sama diulang
untuk asam benzoat, asam sorbat,
kofeina, dan aspartam. Untuk asam
benzoat dibuat dengan kosentrasi
14,35 ppm; dan 34,01 ppm. Untuk
asam sorbat dibuat dengan konsentrasi
0,85 ppm; dan 1,63 ppm. Untuk
kofeina dibuat dengan konsentrasi
10,1 ppm; dan 20,2 ppm. Sedangkan
untuk aspartam dibuat dengan
konsentrasi 40,32 ppm; dan 45,95
ppm.
7. Uji perolehan kembali
Uji perolehan kembali dilakukan
dengan menambahkan sejumlah
bahan baku pembanding sakarin,
asam benzoat, asam sorbat, kofeina,
dan aspartam ke dalam sampel
minuman ringan yang sebelumnya
telah ditentukan kadar sakarin, asam
benzoat, asam sorbat, kofein dan
aspartamnya. Dihitung perolehan
kembalinya.
MAJALAH ILMU KEFARMASIAN 152
8. Identifikasi sakarin, asam benzoat,
asam sorbat, kofeina, dan
aspartam dalam sampel.
Menggunakan kondisi analisis
terpilih dan komposisi fase gerak
lain, 20 µl sampel disuntikkan ke
dalam kolom dan dicatat waktu tambat
puncak-puncak yang dihasilkan
oleh sampel. Jika puncak-puncak
tersebut mempunyai waktu tambat
yang kurang lebih sama dengan
waktu tambat puncak bahan baku
pembanding sakarin, asam benzoat,
asam sorbat, kofeina, dan aspartam,
maka disimpulkan bahwa pada
sampel terdapat zat-zat tersebut.
Cara lain untuk memastikan
apakah puncak yang dihasilkan
sampel adalah benar puncak sakarin,
asam benzoat, asam sorbat, kofeina,
dan aspartam, yaitu dengan menambahkan
sejumlah bahan baku zat-zat
tersebut ke dalam sampel, lalu sampel
dikromatografi lagi. Apabila
puncak yang diduga meningkat
intensitasnya, maka dapat disimpulkan
bahwa memang benar puncak
tersebut puncak zat yang diduga.
9. Penetapan kadar
Beberapa minuman ringan yang
beredar di pasaran diperiksa kadar
sakarin, asam benzoat, asam sorbat,
kofeina dan aspartamnya menggunakan
kondisi analisis terpilih. Sampel
diencerkan sebanyak lima kali menggunakan
pelarut aquabides, lalu
disuntikkan sebanyak 20 µl ke dalam
kolom. Area yang diperoleh dicatat,
lalu dihitung kadarnya menggunakan
kurva kalibrasi masing-masing zat.
PEMBAHASAN DAN HASIL
PERCOBAAN
Mekanisme pemisahan yang
terjadi didasarkan pada kompetensi
antara fase gerak dan sampel berikatan
dengan kolom. Zat yang
keluar terlebih dahulu, adalah zat
yang yang lebih polar daripada zar
yang lainnya, sedangkan zat yang
tertahan lebih lama dari kolom,
merupakan zat yang lebih non polar.
Semakin polar fase gerak, waktu
tambat sampel semakin lambat dan
semakin non polar fase gerak, sampel
semakin cepat keluar (Meyers,
2000).
Metode dan kondisi awal yang
menjadi acuan pada percobaan ini
adalah kolom C18, fase gerak
merupakan campuran asetronitril dan
dapar asetat (2% asam asetat dan 0,5
% ammonium asetat dalam air) pH 4
(19 : 81), detektor UV 254 nm.
Kondisi awal ini disesuaikan dengan
alat yang tersedia agar dapat
diterapkan pada analisis sampel.
Untuk menentukan pajang gelombang
analisis yang akan digunakan,
dibuat spektrum serapan larutan
standar sakarin, asam benzoat, asam
sorbat, kofeina, dan aspartam dengan
konsetrasi 10 ppm, pada pajang
gelombang 200-300 nm. Panjang
gelombang analisis yang dipilih
adalah 254 nm, karena pada panjang
gelombang tersebut, semua zat
memberi puncak yang baik. Pemilihan
pajang gelombang harus mempertimbangkan
kadar zat pada
sampel yang akan dianalisis.
153 Vol. I, No.3, Desember 2004
Untuk mencari kondisi percobaan
optimum untuk analisis sakarin,
azam benzoat, asam sorbat, kofeina,
dan aspartam dicobakan beberapa
komposisi fase gerak yang merupakan
penyesuaian dari fase gerak
acuan (campuran asetonitril dan
dapar asetat pH 4 (19:81)). Komposisi
itu adalah campuran asetonitril dan
dapar asetat pH 4 sampai pH 5
dengan perbandingan 19:81, 10:90,
dan 5:95. Parameter yang dipakai
untuk menetapkan kondisi percobaan
optimum adalah resolusi, N, dan
HETP.
Walaupun resolusi yang baik
(lebih besar dari 1,5) untuk kelima
zat telah tercapai pada komposisi
campuran asetonitril dan dapar asetat
pH 4 dan 5 (10:90), tetapi komposisi
ini belun dapat diterapkan pada analisis
sampel karena belum dapat
menghasilkan pemisahan yang baik,
khususnya untuk sakarin. Karena di
dalam sampel terdapat zat lain yang
mempunyai waktu tambat berdekatan
dengan sakarin. Pemisahan
sakarin dengan zat lain yang mempunyai
waktu tambat berdekatan
dengan sakarin tersebut, telah tercapai
pada komposisi perbandingan
5:95 pH 5. Maka disimpulkan bahwa
kondisi optimum yang digunakan
pada analisis adalah kolom Latek 18
(15 cm x 4,0 mm), fase gerak berupa
campuran asetonitril dan dapat asetat
pH 5 (5:95), kecepatan aliran 1,0 ml/
menit, dideteksi pada panjang gelombang
254 nm, dan sesitivifas alat
0,04.
Sebelum masuk ke pembuatan
kuva kalivrasi, dilakukan terlebih
dahulu uji untuk mengetahui limit
deteksi dan limit kuantitatif tiap zat.
Gambar 1 : Kurva serapan larutan asam sorbet 10,05 ppm (I), kofeina 10,01 ppm
(II), sakarin 9,64 ppm (III), asam benzoat 10,01 ppm (IV), dan aspartame 10,03 ppm
(V) dalam pelarut aquabides pada panjang gelombang 190-290 nm.
MAJALAH ILMU KEFARMASIAN 154
Uji ini dilakukan untuk mengetahui
batas konsetrasi minimum zat yang
masih dapat memenuhi kriteria
cermat dan seksama. Nilai koefisien
korelasi untuk kurva kalibrasi kelima
zat cukup baik, yaitu sekitar 0,999.
Untuk mengetahui keterulangan
metoda analisis, dilakukan uji keterulangan
yang dilakukan dengan
penyutikan secara berulang (enam
kali) larutan baku zat, lalu dihitung
simpangan baku relatif atau koefisien
variasinya (KV), dengan nilai KV
yang memenuhi syarat adalah lebih
kecil dari 2%. Didapat hasil bahwa
koefisien variasi untuk kelima zat
memenuhi syarat, yaitu lebih kecil
dari pada 2%, dimana koefisien
variasi untuk sakarin 0,69%, asam
benzoat 1,29%, asam sorbat 1,44%,
kofein 1,04% dan aspartam 1,56%.
Selain uji keterulangan, juga
dilakukan uji perolehan kembali.
Pada uji ini, dilakukan penambahan
sejumlah zat baku ke dalam sampel
yang telah dihitung kadar masingmasing
zatnya dalam tiga konsetrasi
yang berbeda. Setelah itu, sampel tadi
disuntikkan lagi ke dalam alat lalu
dihitung konsentrasi perolehan
kembalinya. Hasil yang memenuhi
syarat untuk uji perolehan kembali ini
adalah 90% - 110%. Didapat hasil
bahwa perolehan kembali tiap zat
memenuhi syarat, yaitu untuk sakarin
99,3%, asam benzoat 98,73%, asam
sorbat 98,59%, kofeina 99,66% dan
aspartam 96,36%.
Pada sampel terdapat juga zatzat
lain yang mempunyai waktu
tambat yang berdekatan dengan
watu tambat zat, khusunya sakarin.
Oleh karena itu, perlu dilakukan
identifikasi puncak yang dihasilkan
oleh sampel untuk memastikan
bahwa puncak itu adalah puncak
sampel yang dimaksud.
Cara untuk memastikan adalah
dengan mengkromatografi sampel
menggunakan komposisi fase gerak
lain selain komposisi fase gerak
terpilih. Waktu tambat puncak yang
Tabel 1. Resolusi Sakarin, Asam benzoat, Asam sorbat, Kofeina, dan Aspartam
pada Berbagai Komposisi Fase Gerak
155 Vol. I, No.3, Desember 2004
dihasilkan oleh sampel, dibandingkan
dengan waktu tambat puncak
bahan baku pembanding. Dari hasil
pengamatan, disimpulkan bahwa
sakarin hanya terdapat pada sampel
B, karena hanya pada sampel B,
puncak sakarin terbentuk di setiap
komposisi fase gerak yang dipakai.
Kesimpulan tersebut diperkuat
dengan meningkatnya intensitas
puncak yang diduga setelah dilakukan
penambahan sejumlah bahan
baku pembanding ke dalam sampel.
Untuk zat-zat lain, disimpulkan
bahwa asam benzoat terdapat pada
sampel A, B, C, dan D, kofeina
terdapat pada sampel A, B, C, D, dan
E, dan aspartam hanya terdapat pada
sampel D. Pada kelima sampel tidak
ditemukan adanya asam sorbat.
Penetapan kadar sampel dilakukan
dengan kondisi yang sudah
diperoleh. Untuk masing-masing
sampel (5 merek minuman ringan)
dilakukan triplo dan hasil analisis
yang diperoleh adalah sampel A
mengandung kofeina 96,66 ppm.
Sampel B mengandung sakarin 112,13
ppm, asam benzoat 206,81 ppm dan
kofeina 130,63 ppm. Sampel C mengandung
asam benzoat 10,83 ppm dan
kofeina 97,66 ppm. Sampel D mengandung
asam benzoat 163,78 ppm,
kofeina 101,52 ppm dan aspartam
231,30 ppm. Kadar sakarin, asam
benzoat, kofeina, dan aspartem yang
ditemukan pada sampel tidak melewati
batas maksimum penggunaan
yang diperbolehkan.
Gambar 2 : Kromatogram campuran standar sakarin 27,35 ppm (I), asam benzoate
15,21 ppm (II), asam sorbat 1,02 ppm (III), kofeina 10,1 ppm (IV), aspartame 50,4
ppm (V). Volume penyuntikan : 20 µl. kondisi : kolom Latek C18 (15 cm x 4,0 mm),
fase gerak campuran asetonitril dan dapar asetat pH 5 (5:95), kecepatan aliran 1
ml/menit, detector spektrofotometer UV 254 nm, dengan sensitivitas 0,04.
MAJALAH ILMU KEFARMASIAN 156
Gambar 3 : Kromatogram asam benzoat (1) dan kofeina (II) pada sampel A. Volume
penyuntikan : 20 µl. kondisi : kolom Latek C18 (15 cm x 4,0 mm), fase gerak
campuran asetonitril dan dapar asetat pH 5 (5:95), kecepatan aliran 1 ml/menit,
detector spektrofotometer UV 254 nm, dengan sensitivitas 0,04.
Gambar 4 : Kromatogram sakarin (1), asam benzoate (II) dan kofeina (III) pada
sampel B. Volume penyuntikan : 20 µl. kondisi : kolom Latek C18 (15 cm x 4,0
mm), fase gerak campuran asetonitril dan dapar asetat pH 5 (5:95), kecepatan
aliran 1 ml/menit, detector spektrofotometer UV 254 nm, dengan sensitivitas 0,04.
157 Vol. I, No.3, Desember 2004
Gambar 5 : Kromatogram asam benzoat (1) dan kofeina (II) pada sampel C. Volume
penyuntikan : 20 µl. kondisi : kolom Latek C18 (15 cm x 4,0 mm), fase gerak
campuran asetonitril dan dapar asetat pH 5 (5:95), kecepatan aliran 1 ml/menit,
detector spektrofotometer UV 254 nm, dengan sensitivitas 0,04.
Gambar 6 : Kromatogram asam benzoate (I), kofeina (II) dan aspartame (III) pada
sampel D. Volume penyuntikan : 20 µl. kondisi : kolom Latek C18 (15 cm x 4,0
mm), fase gerak campuran asetonitril dan dapar asetat pH 5 (5:95), kecepatan
aliran 1 ml/menit, detector spektrofotometer UV 254 nm, dengan sensitivitas 0,04.
MAJALAH ILMU KEFARMASIAN 158
Gambar 7 : Kromatogram kofeina (I) pada sampel E. Volume penyuntikan : 20 µl.
kondisi : kolom Latek C18 (15 cm x 4,0 mm), fase gerak campuran asetonitril dan
dapar asetat pH 5 (5:95), kecepatan aliran 1 ml/menit, detector spektrofotometer
UV 254 nm, dengan sensitivitas 0,04.
KESIMPULAN
1. Metoda Kromatogarfi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT) dapat digunakan
untuk menetapkan kadar
sakarin, asam benzoat, asam
sorbat, kofeina dan aspartam yang
terdapat di dalam minuman ringan,
dengan kondisi analisis
sebagai berikut : kolom Latek C18
(150 x 4 mm), fase gerak campuran
asetonitril dan dapar asetat pH 5
(5:95), kecepatan aliran fase gerak
1 ml/menit, detektor spektrofotometer
Ultra Violet (UV) pada
panjang gelombang 254 nm, dan
sensitivitas 0,04.
2. Limit deteksi yang diperoleh pada
metode ini adalah untuk sakarin
0,2 ppm, untuk asam benzoat 0,2
ppm, untuk asam sorbat 0,007
ppm, untuk kofeina 0,142 ppm,
dan untuk aspartam 6,5 ppm,
sedangkan limit kuantitatif yang
diperoleh adalah untuk sakarin
0,689 ppm, untuk asam benzoat
0,852 ppm, untuk asam sorbat
0,027 ppm, untuk kofeina 0,452
ppm dan untuk aspartam 25,2
ppm.
3. Sampel minuman ringan yang
diperiksa memberikan hasil sebagai
berikut : kadar sakarin yang
terdapat pada sampel B = (1112,13
+ 1,36) ppm, kadar asam benzoat
yang terdapat pada sampel B =
(206,81 + 0,61) ppm, sampel C =
(10,83 + 0,08) ppm, sampel D =
(163,78 + 0,69) ppm, dan pada
sampel A kadar asam benzoat
159 Vol. I, No.3, Desember 2004

Tidak ada komentar:

Pengikut

Daftar Blog Saya