my iklan

Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label ISLAM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ISLAM. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Juni 2009

Terlebih bagi seorang muslim yang merindukan syafa’atnya, ia pun selalu melantunkan shalawat dan salam tersebut setiap kali disebutkan nama beliau Shallallahu 'alaihi wassalam. Karena memang shalawat kepada beliau Shallallahu 'alaihi wassalam merupakan ibadah mulia yang diperintahkan oleh Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

(artinya): “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya”. (Al Ahzab: 56)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassallam bersabda (artinya): “Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali saja, niscaya Allah akan membalasnya dengan shalawat sepuluh kali lipat.” (H.R. Al Hakim dan Ibnu Sunni, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’)

Demikianlah kedudukan shalawat Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam dalam agama Islam. Sehingga di dalam mengamalkannya pun haruslah dengan petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wassalam.

Sebaik-baik shalawat, tentunya yang sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wassallam dan sejelek-jelek shalawat adalah yang menyelisihi petunjuknya Shallallahu 'alaihi wassallam. Karena beliau Shallallahu 'alaihi wassalam lebih mengerti shalawat manakah yang paling sesuai untuk diri beliau Shallallahu 'alaihi wassallam.

Diantara shalawat-shalawat yang telah dituntunkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam kepada umatnya, yaitu:

اللّهُمَّ صّلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، اللهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

“Ya, Allah curahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, curahkanlah barakah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan barakah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Dan masih banyak lagi shalawat yang dituntunkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wassallam . Adapun shalawat-shalawat yang menyelisihi tuntunan Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam maka cukup banyak juga, diantaranya beberapa shalawat yang biasa dilantunkan oleh orang-orang Sufi ataupun orang-orang yang tanpa disadari terpengaruh dengan mereka.

Beberapa Shalawat ala Sufi

1. Shalawat Nariyah

Shalawat jenis ini banyak tersebar dan diamalkan di kalangan kaum muslimin. Dengan suatu keyakinan, siapa yang membacanya 4444 kali, hajatnya akan terpenuhi atau akan dihilangkan kesulitan yang dialaminya. Berikut nash shalawatnya:

اللهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَمًا تآمًا عَلَى سَيِّدِنَا مًحَمَّدٍ الَّذِي تُنْحَلُ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَ تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِيْمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ عَدَدَ كَلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

“Ya Allah , berikanlah shalawat dan salam yang sempurna kepada Baginda kami Nabi Muhammad, yang dengannya terlepas semua ikatan kesusahan dan dibebaskan semua kesulitan. Dan dengannya pula terpenuhi semua kebutuhan, diraih segala keinginan dan kematian yang baik, dan dengan wajahnya yang mulia tercurahkan siraman kebahagiaan kepada orang yang bersedih. Semoga shalawat ini pun tercurahkan kepada keluarganya dan para sahabatnya sejumlah seluruh ilmu yang Engkau miliki.”

Para pembaca, bila kita merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah, maka kandungan shalawat tersebut sangat bertentangan dengan keduanya. Bukankah hanya Allah semata yang mempunyai kemampuan untuk melepaskan semua ikatan kesusahan dan kesulitan, yang mampu memenuhi segala kebutuhan dan memberikan siraman kebahagiaan kepada orang yang bersedih?!

Allah Ta'ala berfirman :

قُلْ لاَ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

(artinya): “Katakanlah (wahai Muhammad): Aku tidak kuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula mampu menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentunya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan tertimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira bagi orang-orang yang beriman.” (Al A’raf: 188)

Dan juga firman-Nya :

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلاَ يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلاَ تَحْوِيلاً

(artinya): "Katakanlah (wahai Muhammad): Panggillah mereka yang kalian anggap (sebagai tuhan) selain Allah. Maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak pula memindahkannya." (Al-Isra: 56)

Para ahli tafsir menjelaskan, ayat ini turun berkenaan dengan kaum yang berdo’a kepada Al Masih, atau malaikat, atau sosok orang shalih dari kalangan jin. (Tafsir Ibnu Katsir 3/47-48)

Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wassallam , lalu mengatakan: مَا شَاءَ اللهَُ وَ شِئْتَ

"Berdasarkan kehendak Allah dan kehendakmu”. Maka beliau bersabda:

أَجَعَلْتَنِيْ لِلَّهِ نِدًّا ؟!

“Apakah engkau hendak menjadikanku sebagai tandingan bagi Allah? Ucapkanlah: مَا شَاءَ اللهَُ وَحْدَهُ “Berdasarkan kehendak Allah semata”. (HR. An-Nasa’i dengan sanad yang hasan) (Lihat Minhaj Al-Firqatin Najiyah hal. 227-228, Muhammad Jamil Zainu)

Maka dari itu, jelaslah dari beberapa dalil diatas bahwasanya Shalawat Nariyah terkandung padanya unsur pengkultusan yang berlebihan terhadap diri Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam hingga menyejajarkannya dengan Allah Ta'ala. Tentunya yang demikian ini merupakan salah satu bentuk kesyirikan yang dimurkai oleh Allah dan Nabi-Nya.

2. Shalawat Al Faatih (Pembuka)

Nash shalawat tersebut adalah:

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ الفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ …

"Ya Allah! berikanlah shalawat kepada Baginda kami Muhammad yang membuka segala yang tertutup ….”

Berkata At-Tijani pendiri tarekat Sufi Tijaniyah - secara dusta - : “….Kemudian beliau (Nabi Shallahu 'alaihi wassalam) mengabarkan kepadaku untuk kedua kalinya, bahwa satu kali membacanya menyamai setiap tasbih yang terdapat di alam ini dari setiap dzikir, menyamai dari setiap do’a yang kecil maupun besar, dan menyamai membaca Al Qur’an 6.000 kali, karena ini termasuk dzikir.” (Mahabbatur Rasul 285, Abdur Rauf Muhammad Utsman)

Para pembaca, demikianlah kedustaan, kebodohan dan kekafiran yang nyata dari seorang yang mengaku berjumpa dengan Nabi Shallallahu 'alaihi wassallam , karena ia berkeyakinan bahwa perkataan manusia lebih mulia 6.000 kali lipat daripada firman Allah Ta'ala.

Bukankah Allah telah menegaskan dalam firman-Nya :

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ قِيلاً

(artinya): “Dan siapakah yang perkatannya lebih benar dari pada Allah? (An Nisaa’:122)

وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan sungguh telah sempurna kalimat Tuhanmu(Al Qur’an),sebagai kalimat yang benar dan adil.”(Al An’am:115)

Demikian pula Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam telah menegaskan dalam sabdanya (artinya): “Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah perkataan Allah “. (HR. Muslim)

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an , maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan menjadi sepuluh kali semisal (kebaikan) itu. Aku tidak mengatakan: alif laam miim itu satu huruf, namun alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf.” (HR.Tirmidzi dan yang lainnya dari Abdullah bin Mas’ud yang dishahihkan oleh Asy Syaikh Al-Albani)

Wahai saudaraku, dari beberapa dalil di atas cukuplah bagi kita sebagai bukti atas kebatilan shalawat Al Faatih, terlebih lagi bila kita telusuri kandungannya yang kental dengan nuansa pengkultusan terhadap Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam yang dilarang dalam agama yang sempurna ini.

3. Shalawat Sa'adah (Kebahagiaan)

Nash adalah sebagai berikut:

اللهُمَّ صَلِّ عَلَ مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا فِيْ عِلْمِ اللهِ صَلاَةً دَائِمَةً بِدَوَامِ مُلْكِ اللهِ …

“Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Baginda kami Muhammad sejumlah apa yang ada dalam ilmu Allah, shalawat yang kekal seperti kekalnya kerajaan Allah …”.

Berkata An-Nabhani As-Sufi setelah menukilkannya dari Asy-Syaikh Ahmad Dahlan: ”Bahwa pahalanya seperti 600.000 kali shalat. Dan siapa yang rutin membacanya setiap hari Jum’at 1.000 kali, maka dia termasuk orang yang berbahagia dunia akhirat.” (Lihat Mahabbatur Rasul 287-288)

Wahai saudaraku, mana mungkin shalat yang merupakan tiang agama dan sekaligus rukun Islam kedua pahalanya 600. 000 di bawah shalawat sa’adah ini?! Cukuplah yang demikian itu sebagai bukti atas kepalsuan dan kebatilan shalawat tersebut.

4. Shalawat Burdatul Bushiri

Nashnya adalah sebagai berikut:

يَا رَبِّ بِالْمُصْطَفَى بَلِّغْ مَقَاصِدَنَا وَاغْفِرْ لَنَا مَا مَضَى يَا وَاسِعَ الْكَرَمِ

“Wahai Rabbku! Dengan perantara Musthafa (Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wassallam ) penuhilah segala keinginan kami dan ampunilah dosa-dosa kami yang telah lalu, wahai Dzat Yang Maha Luas Kedermawanannya.”

Shalawat ini mempunyai beberapa (kemungkinan) makna. Bila maknanya seperti yang terkandung di atas, maka termasuk tawasul kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam yang beliau telah meninggal dunia.

Hal ini termasuk jenis tawasul yang dilarang, karena tidak ada seorang pun dari sahabat yang melakukannya disaat ditimpa musibah dan yang sejenisnya. Bahkan Umar bin Al Khathab ketika shalat istisqa’ (minta hujan) tidaklah bertawasul dengan Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam karena beliau telah meninggal dunia, dan justru Umar meminta Abbas paman Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam (yang masih hidup ketika itu) untuk berdo’a. Kalaulah tawasul kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam ketika beliau telah meninggal dunia merupakan perbuatan yang disyari’atkan niscaya Umar melakukannya.

Adapun bila mengandung makna tawasul dengan jaah (kedudukan) Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam maka termasuk perbuatan yang diada-adakan dalam agama, karena hadits: تَوَسَّلُوا بِجَاهِي “Bertawasullah dengan kedudukanku”, merupakan hadits yang tidak ada asalnya (palsu). Bahkan bisa mengantarkan kepada kesyirikan disaat ada keyakinan bahwa Allah Ta'ala butuh terhadap perantara sebagaimana butuhnya seorang pemimpin terhadap perantara antara dia dengan rakyatnya, karena ada unsur menyamakan Allah dengan makhluk-Nya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. (Lihat Al Firqatun Najiyah hal. 85)

Sedangkan bila maknanya mengandung unsur (Demi Nabi Muhammad) maka termasuk syirik, karena tergolong sumpah dengan selain Allah Ta'ala.

Nabi Shallallahu 'alaihi wassallam bersabda (artinya): “Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka dia telah berbuat kafir atau syirik.” ( HR At Tirmidzi, Ahmad dan yang lainnya dengan sanad yang shahih)

Para pembaca, dari sekian makna di atas maka jelaslah bagi kita kebatilan yang terkandung di dalam shalawat tersebut. Terlebih lagi Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam dan para sahabatnya tidak pernah mengamalkannya, apalagi mengajarkannya. Seperti itu pula hukum yang dikandung oleh bagian akhir dari Shalawat Badar (bertawasul kepada Nabi Muhammad, para mujahidin dan ahli Badar).

5. Nash shalawat seorang sufi Libanon:

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ حَتَّى تَجْعَلَ مِنْهُ الأَحَدِيَّةَ الْقَيُّوْمِيَّةَ

"Ya Allah berikanlah shalawat kepada Muhammad sehingga Engkau menjadikan darinya keesaan dan qoyyumiyyah (maha berdiri sendiri dan yang mengurusi makhluknya)." Padahal Allah Ta'ala berfirman (artinya): ”Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Asy-Syura: 11)

Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam sendiri pernah bersabda: “Janganlah kalian mengkultuskan diriku, sebagaimana orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa bin Maryam. Hanyalah aku ini seorang hamba, maka katakanlah: “(Aku adalah) hamba Allah dan Rasul-Nya.” (H.R Al Bukhari).

Wallahu A’lam Bish Shawab

Hadits-Hadits Palsu Dan Dha’if Yang Tersebar Di Kalangan Umat

Hadits Anas bin Malik Radiyallahu 'anhu:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ثَمَانِيْنَ مَرَّةً غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوْبَ ثَمَانِيْنَ عَامًا

“Barangsiapa bershalawat kepadaku pada malam Jum’at 80 kali, niscaya Allah akan mengampuni segala dosanya selama 80 tahun.”

Keterangan:

Hadits ini palsu, karena di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Wahb bin Dawud bin Sulaiman Adh Dharir. Al Khathib Al Baghdadi berkata: “Dia seorang yang tidak bisa dipercaya.” Asy Syaikh Al Albani berkata: “Sesungguhnya ciri-ciri kepalsuan hadits ini sangatlah jelas.” (Lihat Silsilah Adh Dha’ifah no. 215)

RUKUN SHOLAT

Syarat-Syarat Shalat
Shalat tidak akan sah kecuali jika memenuhi syarat-syarat, rukun-rukun dan hal-hal yang wajib ada padanya serta menghindari hal-hal yang akan membatalkannya.

Adapun syarat-syaratnya ada sembilan: 1. Islam, 2. Berakal, 3. Tamyiz (dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk), 4. Menghilangkan hadats, 5. Menghilangkan najis, 6. Menutup aurat, 7. Masuknya waktu, 8. Menghadap kiblat, 9. Niat.
Secara bahasa, syuruuth (syarat-syarat) adalah bentuk jamak dari kata syarth yang berarti alamat.
Sedangkan menurut istilah adalah apa-apa yang ketiadaannya menyebabkan ketidakadaan (tidak sah), tetapi adanya tidak mengharuskan (sesuatu itu) ada (sah). Contohnya, jika tidak ada thaharah (kesucian) maka shalat tidak ada (yakni tidak sah), tetapi adanya thaharah tidak berarti adanya shalat (belum memastikan sahnya shalat, karena masih harus memenuhi syarat-syarat yang lainnya, rukun-rukunnya, hal-hal yang wajibnya dan menghindari hal-hal yang membatalkannya, pent.). Adapun yang dimaksud dengan syarat-syarat shalat di sini ialah syarat-syarat sahnya shalat tersebut.

Penjelasan Sembilan Syarat Sahnya Shalat
1. Islam
Lawannya adalah kafir. Orang kafir amalannya tertolak walaupun dia banyak mengamalkan apa saja, dalilnya firman Allah 'azza wa jalla, "Tidaklah pantas bagi orang-orang musyrik untuk memakmurkan masjid-masjid Allah padahal mereka menyaksikan atas diri mereka kekafiran. Mereka itu, amal-amalnya telah runtuh dan di dalam nerakalah mereka akan kekal." (At-Taubah:17)
Dan firman Allah 'azza wa jalla, "Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (Al-Furqan:23)
Shalat tidak akan diterima selain dari seorang muslim, dalilnya firman Allah 'azza wa jalla, "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (Aali 'Imraan:85)
2. Berakal
Lawannya adalah gila. Orang gila terangkat darinya pena (tidak dihisab amalannya) hingga dia sadar, dalilnya sabda Rasulullah,

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ: النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَالْمَجْنُوْنِ حَتَّى يُفِيْقَ، وَالصَّغِيْرِ حَتَّى يَبْلُغَ. (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُوْ دَاوُوْدَ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَه)
"Diangkat pena dari tiga orang: 1. Orang tidur hingga dia bangun, 2. Orang gila hingga dia sadar, 3. Anak-anak sampai ia baligh." (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa-i, dan Ibnu Majah).
3. Tamyiz
Yaitu anak-anak yang sudah dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, dimulai dari umur sekitar tujuh tahun. Jika sudah berumur tujuh tahun maka mereka diperintahkan untuk melaksanakan shalat, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

مُرُوْا أَبْنَاءَكُمْ بِالصَّلاَةِ لِسَبْعٍ وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرٍ وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ. (رَوَاهُ الْحَاكِمُ وَاْلإِمَامُ أَحْمَدُ وَأَبُوْ دَاوُوْدَ)
"Perintahkanlah anak-anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika berumur sepuluh tahun (jika mereka enggan untuk shalat) dan pisahkanlah mereka di tempat-tempat tidur mereka masing-masing." (HR. Al-Hakim, Al-Imam Ahmad dan Abu Dawud)
4. Menghilangkan Hadats (Thaharah)
Hadats ada dua: hadats akbar (hadats besar) seperti janabat dan haidh, dihilangkan dengan mandi (yakni mandi janabah), dan hadats ashghar (hadats kecil) dihilangkan dengan wudhu`, sesuai sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Allah tidak akan menerima shalat tanpa bersuci." (HR. Muslim dan selainnya)
Dan sabda Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, "Allah tidak akan menerima shalat orang yang berhadats hingga dia berwudlu`." (Muttafaqun 'alaih)
5. Menghilangkan Najis
Menghilangkan najis dari tiga hal: badan, pakaian dan tanah (lantai tempat shalat), dalilnya firman Allah 'azza wa jalla, "Dan pakaianmu, maka sucikanlah." (Al-Muddatstsir:4)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

تَنَزَّهُوْا مِنَ الْبَوْلِ فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ الْقَبْرِ مِنْهُ.
"Bersucilah dari kencing, sebab kebanyakan adzab kubur disebabkan olehnya."
6. Menutup Aurat
Menutupnya dengan apa yang tidak menampakkan kulit (dan bentuk tubuh), berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Allah tidak akan menerima shalat wanita yang telah haidh (yakni yang telah baligh) kecuali dengan khimar (pakaian yang menutup seluruh tubuh, seperti mukenah)." (HR. Abu Dawud)
Para ulama sepakat atas batalnya orang yang shalat dalam keadaan terbuka auratnya padahal dia mampu mendapatkan penutup aurat. Batas aurat laki-laki dan budak wanita ialah dari pusar hingga ke lutut, sedangkan wanita merdeka maka seluruh tubuhnya aurat selain wajahnya selama tidak ada ajnaby (orang yang bukan mahramnya) yang melihatnya, namun jika ada ajnaby maka sudah tentu wajib atasnya menutup wajah juga.
Di antara yang menunjukkan tentang mentutup aurat ialah hadits Salamah bin Al-Akwa` radhiyallahu 'anhu, "Kancinglah ia (baju) walau dengan duri."
Dan firman Allah 'azza wa jalla, "Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) masjid." (Al-A'raaf:31) Yakni tatkala shalat.
7. Masuk Waktu
Dalil dari As-Sunnah ialah hadits Jibril 'alaihis salam bahwa dia mengimami Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di awal waktu dan di akhir waktu (esok harinya), lalu dia berkata: "Wahai Muhammad, shalat itu antara dua waktu ini."
Dan firman Allah 'azza wa jalla, "Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (An-Nisa`:103)
Artinya diwajibkan dalam waktu-waktu yang telah tertentu. Dalil tentang waktu-waktu itu adalah firman Allah 'azza wa jalla, "Dirikanlah shalat dari sesudah tergelincirnya matahari sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat)." (Al-Israa`:78)
8. Menghadap Kiblat
Dalilnya firman Allah, "Sungguh Kami melihat wajahmu sering menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke Kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil-Haram, dan di mana saja kalian berada maka palingkanlah wajah kalian ke arahnya." (Al-Baqarah:144)
9. Niat
Tempat niat ialah di dalam hati, sedangkan melafazhkannya adalah bid'ah (karena tidak ada dalilnya). Dalil wajibnya niat adalah hadits yang masyhur, "Sesungguhnya amal-amal itu didasari oleh niat dan sesungguhnya setiap orang akan diberi (balasan) sesuai niatnya." (Muttafaqun 'alaih dari 'Umar Ibnul Khaththab)

Rukun-Rukun Shalat
Rukun-rukun shalat ada empat belas: 1. Berdiri bagi yang mampu, 2. Takbiiratul-Ihraam, 3. Membaca Al-Fatihah, 4. Ruku', 5. I'tidal setelah ruku', 6. Sujud dengan anggota tubuh yang tujuh, 7. Bangkit darinya, 8. Duduk di antara dua sujud, 9. Thuma'ninah (Tenang) dalam semua amalan, 10. Tertib rukun-rukunnya, 11. Tasyahhud Akhir, 12. Duduk untuk Tahiyyat Akhir, 13. Shalawat untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, 14. Salam dua kali.

Penjelasan Empat Belas Rukun Shalat
1. Berdiri tegak pada shalat fardhu bagi yang mampu
Dalilnya firman Allah 'azza wa jalla, "Jagalah shalat-shalat dan shalat wustha (shalat 'Ashar), serta berdirilah untuk Allah 'azza wa jalla dengan khusyu'." (Al-Baqarah:238)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Shalatlah dengan berdiri..." (HR. Al-Bukhary)
2. Takbiiratul-ihraam, yaitu ucapan: 'Allahu Akbar', tidak boleh dengan ucapan lain
Dalilnya hadits, "Pembukaan (dimulainya) shalat dengan takbir dan penutupnya dengan salam." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Al-Hakim)
Juga hadits tentang orang yang salah shalatnya, "Jika kamu telah berdiri untuk shalat maka bertakbirlah." (Idem)
3. Membaca Al-Fatihah
Membaca Al-Fatihah adalah rukun pada tiap raka'at, sebagaimana dalam hadits,

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ.
"Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah." (Muttafaqun 'alaih)
4. Ruku'
5. I'tidal (Berdiri tegak) setelah ruku'
6. Sujud dengan tujuh anggota tubuh
7. Bangkit darinya
8. Duduk di antara dua sujud
Dalil dari rukun-rukun ini adalah firman Allah 'azza wa jalla, "Wahai orang-orang yang beriman ruku'lah dan sujudlah." (Al-Hajj:77)
Sabda Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, "Saya telah diperintahkan untuk sujud dengan tujuh sendi." (Muttafaqun 'alaih)
9. Thuma'ninah dalam semua amalan
10. Tertib antara tiap rukun
Dalil rukun-rukun ini adalah hadits musii` (orang yang salah shalatnya),
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk mesjid, lalu seseorang masuk dan melakukan shalat lalu ia datang memberi salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab salamnya dan bersabda: 'Kembali! Ulangi shalatmu! Karena kamu belum shalat (dengan benar)!, ... Orang itu melakukan lagi seperti shalatnya yang tadi, lalu ia datang memberi salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab salamnya dan bersabda: 'Kembali! Ulangi shalatmu!t Karena kamu belum shalat (dengan benar)!, ... sampai ia melakukannya tiga kali, lalu ia berkata: 'Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran sebagai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, saya tidak sanggup melakukan yang lebih baik dari ini maka ajarilah saya!' Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya: 'Jika kamu berdiri hendak melakukan shalat, takbirlah, baca apa yang mudah (yang kamu hafal) dari Al-Qur`an, kemudian ruku'lah hingga kamu tenang dalam ruku', lalu bangkit hingga kamu tegak berdiri, sujudlah hingga kamu tenang dalam sujud, bangkitlah hingga kamu tenang dalam duduk, lalu lakukanlah hal itu pada semua shalatmu." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Al-Hakim)
11. Tasyahhud Akhir
Tasyahhud akhir termasuk rukun shalat sesuai hadits dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Tadinya, sebelum diwajibkan tasyahhud atas kami, kami mengucapkan: 'Assalaamu 'alallaahi min 'ibaadih, assalaamu 'alaa Jibriil wa Miikaa`iil (Keselamatan atas Allah 'azza wa jalla dari para hamba-Nya dan keselamatan atas Jibril 'alaihis salam dan Mikail 'alaihis salam)', maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jangan kalian mengatakan, 'Assalaamu 'alallaahi min 'ibaadih (Keselamatan atas Allah 'azza wa jalla dari para hamba-Nya)', sebab sesungguhnya Allah 'azza wa jalla Dialah As-Salam (Dzat Yang Memberi Keselamatan) akan tetapi katakanlah, 'Segala penghormatan bagi Allah, shalawat, dan kebaikan', ..." Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan hadits keseluruhannya. Lafazh tasyahhud bisa dilihat dalam kitab-kitab yang membahas tentang shalat seperti kitab Shifatu Shalaatin Nabiy, karya Asy-Syaikh Al-Albaniy dan kitab yang lainnya.
12. Duduk Tasyahhud Akhir
Sesuai sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Jika seseorang dari kalian duduk dalam shalat maka hendaklah ia mengucapkan At-Tahiyyat." (Muttafaqun 'alaih)
13. Shalawat atas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
Sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Jika seseorang dari kalian shalat... (hingga ucapannya beliau shallallahu 'alaihi wa sallam) lalu hendaklah ia bershalawat atas Nabi."
Pada lafazh yang lain, "Hendaklah ia bershalawat atas Nabi lalu berdoa." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
14. Dua Kali Salam
Sesuai sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "... dan penutupnya (shalat) ialah salam."
Inilah penjelasan tentang syarat-syarat dan rukun-rukun shalat yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam setiap melakukan shalat karena kalau meninggalkan salah satu rukun shalat baik dengan sengaja atau pun lupa maka shalatnya batal, harus diulang dari awal. Wallaahu A'lam.

Rabu, 27 Mei 2009

HATI KITA

Assalammu'alaikum Wr, wb

Hati itu dapat hidup dan dapat mati, sehat dan sakit. Dalam hal ini, ia lebih penting dari pada tubuh.
Allah berfirman, artinya: "Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya." (Al-An'am : 122)
Artinya, ia mati karena kekufuran, lalu Kami hidupkan kembali dengan keimanan. Hati yang hidup dan sehat, apabila ditawari kebatilan dan hal-hal yang buruk, dengan tabi'at dasarnya ia pasti menghindar, membenci dan tidak akan menolehnya. Lain halnya dengan hati yang mati. Ia tak dapat membedakan yang baik dan yang buruk.
Dua Bentuk Penyakit Hati:
Penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Keduanya tersebut dalam Al-Qur'an.
Allah berfirman, artinya: "Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan bicara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. " (Al-Ahzab:32)
Ini yang disebut penyakit syahwat.
Allah juga berfirman, artinya: "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya..." (Al-Baqarah : 10)
Allah juga berfirman, artinya: " Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." (At-Taubah : 125)

Penyakit di sini adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya. Seringkali penyakit hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari. Karena ia tak sempat bahkan enggan mengetahui cara penyembuhan dan sebab-sebab (munculnya) penyakit tersebut. Bahkan terkadang hatinya sudah mati, pemiliknya belum juga sadar kalau sudah mati. Sebagai buktinya, ia sama sekali tidak merasa sakit akibat luka-luka dari berbagai perbuatan buruk. Ia juga tak merasa disusahkan dengan ketidak mengertian dirinya terhadap kebenaran, dan keyakinan-keyakinannya yang batil. "Luka, tak akan dapat membuat sakit orang mati." *). Terkadang ia juga merasakan sakitnya. Namun ia tak sanggup mencicipi dan menahan pahitnya obat. Masih bersarangnya penyakit tersebut di hatinya, berpengaruh semakin sulit dirinya menelan obat. Karena obatnya dengan melawan hawa nafsu. Itu hal yang paling berat bagi jiwanya. Namun baginya, tak ada sesuatu yang lebih bermanfaat dari obat itu. Terkadang, ia memaksa dirinya untuk bersabar. Tapi kemudian tekadnya mengendor dan bisa meneruskannya lagi. Itu karena kelemahan ilmu, keyakinan dan ketabahan. Sebagai halnya orang yang memasuki jalan angker yang akhirnya akan membawa dia ke tempat yang aman. Ia sadar, kalau ia bersabar, rasa takut itu sirna dan berganti dengan rasa aman. Ia membutuhkan kesabaran dan keyakinan yang kuat, yang dengan itu ia mampu berjalan. Kalau kesabaran dan keyakinannya mengendor, ia akan balik mundur dan tidak mampu menahan kesulitan. Apalagi kalau tidak ada teman, dan takut sendirian.

Menyembuhkan Penyakit Dengan Makanan Bergizi dan Obat:

Gejala penyakit hati adalah, ketika ia menghindari makanan-makanan yang bermanfaat bagi hatinya, lalu menggantinya dengan makanan-makanan yang tak sehat bagi hatinya. Berpaling dari obat yang berguna, menggantinya dengan obat yang berbahaya. Sedangkan makanan yang paling berguna bagi hatinya adalah makanan iman. Obat yang paling manjur adalah Al-Qur'an masing-masing memiliki gizi dan obat. Barangsiapa yang mencari kesembuhan (penyakit hati) selain dari Al-kitab dan As-sunnah, maka ia adalah orang yang paling bodoh dan sesat.
Sesungguhnya Allah berfirman: "Katakanlah: "Al-qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat jauh." (Fushshilat : 44)

Al-qur'an adalah obat sempurna untuk segala penyakit tubuh dan hati, segala penyakit dunia dan akherat. Namun tak sembarangan orang mahir menggunakan Al-qur'an sebagai obat. Kalau si sakit mahir menggunakannya sebagai obat, ia letakkan pada bagian yang sakit, dengan penuh pembenaran, keimanan dan penerimaan, disertai dengan keyakinan yang kuat dan memenuhi syarat-syaratnya. Tak akan ada penyakit yang membandel. Bagaimana mungkin penyakit itu akan menentang firman Rabb langit dan bumi; yang apabila turun di atas gunung, gunung itu akan hancur, dan bila turun di bumi, bumi itu akan terbelah? Segala penyakit jasmani dan rohani, pasti terdapat dalam Al-qur'an cara memperoleh obatnya, sebab-sebab timbulnya dan cara penanggulangannya. Tentu bagi orang yang diberi kemampuan mamahami kitab-Nya.

Tanda-Tanda Sakit Hati Dan Mengembalikannya Agar Sehat Kembali Serta Cara Mengetahui Orang Lain Dan Aib Dirinya.

Setiap anggota badan manusia diperuntukkan untuk tugas yang khusus. Adapun tanda sakitnya ialah ketidakmampuannya melaksanakan tugas itu, atau tugas itu bisa dilaksanakan dalam keadaan kacau. Tangan yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya memegang. Mata yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya melihat. Hati yang sakit terlihat dari ketidakmampuannya melaksanakan tugas khusus yang karenanya ia diciptakan, yaitu ilmu, hikmah, ma'rifat, mencintai Allah dan beribadah kepada-Nya serta mementingkan semua ini daripada setiap bisikan nafsu.Orang yang mengetahui segala sesuatu, tetapi tidak mengetahui Allah, seakan-akan dia tidak mengetahui sesuatu pun.

Tanda ma'rifat adalah cinta. Siapa yang mengetahui Allah tentu mencintai-Nya. Adapun tanda cinta adalah tidak mementingkan sesuatu dari sekian banyak hal-hal yang dicintainya daripada Allah. Siapa yang lebih mementingkan sesuatu yang dicintainya daripada cintanya kepada Allah, berarti hatinya sakit, sebagaimana perut yang yang lebih suka memakan tanah daripada roti, maka perutnya tidak beres alias sakit.

Penyakit hati ini tersembunyi. Boleh jadi pemiliknya tidak tahu, karena itu dia mengabaikannya. Kalau pun tahu, mungkin dia tidak sabar menanggung pahitnya obat, karena obatnya adalah menentang nafsu. Kalaupun dia sabar, belum tentu dia mendapatkan dokter yang bisa mengobatinya. Dokter di sini adalah para ulama. Sementara penyakit pun sudah menjangkiti mereka. Dokter yang sakit jarang yang mau mengobati orang lain yang sakit, sehingga penyakit menjadi menyebar kemana-mana dan ilmu pun hilang, obat hati dan penyakit hati sama-sama dibiarkan, manusia hanya sekedar melakukan ibadah-ibadah zhahir, sedangkan di dalam batinnya hanya sekedar tradisi. Inilah yang disebut tanda sumber penyakit.

Untuk mengetahui keadaan agar segar kembali setelah berusaha melakukan pengobatan ialah dengan melihat jenis penyakitnya. Pengobatan penyakit kikir ialah dengan mengeluarkan harta, tapi tidak perlu berlebih-lebihan dan boros. Penyakit lain dengan pengobatannya sendiri-sendiri, seperti panas dengan dingin agar tidak semakin panas dan tidak menjadi terlalu dingin, agar tidak menjadi penyakit baru. Yang dituntut adalah jalan tengah.

Jika engkau ingin melihat jalan tengah ini, lihatlah kepada dirimu sendiri. Jika menumpuk harta dan mempertahankannya lebih engkau sukai dan lebih mudah daripada mengeluarkannya sekalipun kepada orang yang berhak, maka ketahuilah bahwa yang ada pada dirimu adalah sifat kikir. Maka obatilah jiwamu dengan mengeluarkan harta itu. Jika mengeluarkan harta itu kepada orang, yang lebih engkau sukai, maka tahanlah sedikit harta itu, karena yang ada pada dirimu adalah pemborosan. Janganlah engkau lebih condong untuk mengeluarkan harta atau menahannya. Buatlah harta itu mengalir seperti air di sisimu. Engkau tidak menuntut air itu untuk berhenti bukan untuk suatu keperluan, atau mengalirkannya secara deras untuk orang yang memerlukannya. Setiap hari yang bisa seperti itu akan mendatangi Allah dalam keadaan selamat. Seseorang harus terbebas dari segala akhlak (jelek), agar dia tidak mempunyai hubungan dengan sesuatu pun dari keduniaan, agar jiwa dapat meninggalkan dunia dalam keadaan memutuskan hubungan dengannya, tidak menoleh kepadanya dan tidak mengharapkannya. Pada saat itu dia akan kembali kepada Rabb-nya sebagaimana kembalinya jiwa yang muthma'inah. Karena jalan tengah yang hakiki antara dua sisi itu cukup sulit dideteksi, bahkan lebih lembut daripada sehelai rambut dan lebih tajam daripada pedang, maka tidak aneh siapa yang bisa melewati jalan yang lurus ini di dunia, tentu akan bisa melewati jalan ini pula di akherat. Karena sulitnya istiqomah, maka hamba diperintahkan membaca, "Ihdinash-shirathal-mustaqim" beberapa kali setiap hari. Siapa yang tidak sanggup istiqamah, hendaklah dia berusaha mendekati istiqamah, karena keselamatan itu hanya dengan amal shalih. Sementara itu, amal yang shalih tidak keluar kecuali dari akhlak yang baik. Maka hendaklah setiap hamba mencari sifat dan akhlaknya sendiri, hendaklah mengobati satu persatu dan hendaklah bersabar dalam masalah ini (karena dia akan mendapatkan keadaan yang enak seperti halnya anak kecil yang tadinya enggan disapih, tapi lama-kelamaan dia merasa enaknya di sapih. Bahkan andaikan dia ditawari untuk menyusu lagi, tentu dia akan menolaknya). Siapa yang menyadari umur yang pendek jika dibanding dengan kehidupan akherat yang panjang, maka dia akan berani menanggung beratnya perjalanan selama beberapa hari, untuk mendapatkan kenikmatan yang abadi. Ketahuilah bahwa bila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka dia membuatnya tahu aib dirinya. Siapa yang mempunyai mata hati, dia tidak akan takut terhadap aib dirinya. Jika dia tahu aib dirinya, memungkinkan baginya untuk mengobatinya. Tetapi mayoritas manusia tidak mau tahu aib dirinya sendiri. Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak. Kotoran di mata temannya tampak, batang pohon di depan matanya tidak tampak.

Siapa yang ingin mengetahui aib diri sendiri, maka ada empat jalan yang bisa ditempuh:

Menghadap seorang syaikh yang bisa mengetahui aib jiwa, sehingga dia bisa mengenali aibnya dan sekaligus mengobatinya.Yang seperti ini seringkali terjadi, dan cukup banyak dokter yang menanganinya. Mencari teman karib yang jujur, dapat dipercaya dan bagus agamanya. Dia bisa menjadikan teman karib itu sebagai pendampingnya, agar memberinya peringatan dari akhlak atau perbuatannya yang kurang baik. Amirul Mukminin Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu pernah berkata, "Semoga Allah merahmati seseorang yang mau menunjukkan aib kami kepada kami."
Suatu kali dia bertanya kepada Salman tentang aib yang pernah dilakukannya. Maka Salman menjawab, "Aku mendengar engkau pernah mengumpulkan dua jenis sayur di meja makanmu dan engkau mengenakan dua macam pakaian, satu untuk siang hari dan satu lagi untuk malam hari."
Umar berkata, "Apakah ada selain itu?" "Tidak", jawab Salman. "Kalau dua hal itu aku sudah tidak melakukannya lagi," jawab Umar bin Al-Khaththab. Umar juga pernah bertanya kepada Hudzaifah, "Apakah aku termasuk orang-orang munafik?" dia perlu bertanya seperti itu, sebab siapa yang kedudukannya semakin tinggi, maka tuduhan terhadap dirinya juga semakin gencar. Hanya saja di zaman sekarang jarang ada teman karib yang jujur dengan memiliki sifat seperti ini. Sedikit sekali teman yang tidak mencari muka atau tidak dengki.Orang-orang salaf sangat suka jika ada seseorang yang menunjukkan aib mereka. Sementara kita pada zaman sekarang justru marah besar jika ada seseorang yang menunjukkan aib kita. Hal ini menunjukkan lemahnya iman. Sebab akhlak yang buruk itu seperti kalajengking. Jika ada seseorang yang memperingatkan bahwa ada di dalam baju salah seorang di antara kita ada kalajengking, maka secepat itu pula kita kan bertindak untuk membunuh kalajengking tersebut. Sementara akhlak yang hina lebih berbahaya dari kalajengking, bagi orang yang tidak menyadarinya. Mengambil manfaat tentang aib dirinya dari penuturan musuhnya. Sebab mata yang penuh kebencian itu tentu akan memancarkan keburukan. Manfaat yang bisa diambil seseorang dari musuh, bisa mengingatkan aib dirinya. Hal ini lebih bermanfaat baginya daripada teman karib yang mencari muka dan menutup aibnya. Bergaul dengan manusia. Selagi dia melihat sesuatu yang tercela pada diri mereka, maka dia segera menjauhinya.

Wassalammu'alaikum Wr, wb
Manhaj Ahlus Sunnah di dalam Berakhlak dan Berperilaku·

Di antara pokok-pokok aqidah Ahlus Sunnah : memerintahkan yang ma’ruf, mencegah kemungkaran dan beriman bahwa kebaikan umat akan terealisasi ketika mereka berada padanya. Amar ma’ruf nahi munkar termasuk diantara syiar-syiar islam yang paling agung dan penyebab terpeliharanya jama’ah kaum muslimin. Amar ma’ruf nahi munkar hukumnya wajib sesuai dengan kemampuan dan dijalankan dengan memperhatikan maslahah nyata yang dihasilkannya.

Firman Alloh:

ßõäúÊõãú ÎóíúÑó ÃõãøóÉò ÃõÎúÑöÌóÊú áöáäøóÇÓö ÊóÃúãõÑõæäó ÈöÇáúãóÚúÑõæÝö æóÊóäúåóæúäó Úóäú ÇáúãõäßóÑö æóÊõÄúãöäõæäó ÈöÇááøóåö æóáóæú Âãóäó Ãóåúáõ ÇáúßöÊóÇÈö áóßóÇäó ÎóíúÑðÇ áóåõãú ãöäúåõãú ÇáúãõÄúãöäõæäó æóÃóßúËóÑõåõãú ÇáúÝóÇÓöÞõæäó(110)

Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Alloh

(S. Ali Imron 110).

Dan sabda nabi sholallohu alaihi wasalam :

Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemungkaran hendaknya mengubah dengan tangannya, maka apabila tidak mampu maka dengan lidahnya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya. Dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman (HR. Muslim)

Ahlus Sunnah mendahulukan kelembutan di dalam memerintah dan melarang. Berdakwah dengan hikmah serta nasehat yang baik. Firman Alloh :

ÇÏúÚõ Åöáóì ÓóÈöíáö ÑóÈøößó ÈöÇáúÍößúãóÉö æóÇáúãóæúÚöÙóÉö ÇáúÍóÓóäóÉö æóÌóÇÏöáúåõãú ÈöÇáøóÊöí åöíó ÃóÍúÓóäõ Åöäøó ÑóÈøóßó åõæó ÃóÚúáóãõ Èöãóäú Öóáøó Úóäú ÓóÈöíáöåö æóåõæó ÃóÚúáóãõ ÈöÇáúãõåúÊóÏöíäó(125)

Serulah kepada jalan Rabb kalian dengan hikmah dan mauidhoh hasanah dan debatilah mereka dengan yang lebih baik. (S. An-Nahl 125).

Dan mereka memandang wajibnya bersabar terhadap gangguan makhluk di dalam menegakkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Mengamalkan firman Alloh :

íóÇÈõäóíøó ÃóÞöãú ÇáÕøóáóÇÉó æóÃúãõÑú ÈöÇáúãóÚúÑõæÝö æóÇäúåó Úóäú ÇáúãõäßóÑö æóÇÕúÈöÑú Úóáóì ãóÇ ÃóÕóÇÈóßó Åöäøó Ðóáößó ãöäú ÚóÒúãö ÇáúÃõãõæÑö(17)

perintahkanlah yang ma’ruf dan cegahlah yang mungkar dan bersabarlah atas musibah yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu merupakan perkara yang diwajibkan (QS. Lukman 17).

Ahlus Sunnah wal Jamaah ketika menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar memperhatikan waktu sebagai salah satu pokok menjaga keutuhan jama’ah, menyatukan hati-hati, mempersatukan kalimat, menghindarkan perpecahan dan perselisihan. Ahlus Sunnah wal Jama’ah menegakkan nasehat kepada setiap muslim dan saling tolong menolong di atas kebaikan dan takwa.

Sabda rasululloh sholallohu alaihi wasalam agama itu adalah nasehat. Kami berkata untuk siapa? Beliau berkata untuk Alloh, kitabNya, rasulNya, pemimpin kaum muslimin dan orang awamnya. (HR. Muslim).

diterjemahkan dari kitab al wajiz fi aqidatis salafis shalih ahlis sunnati wal jama’ah karya syaikh Abdullah bin abdul hamid al atsary. Disampaikan dalam daurah islamiyah dasar “membentuk jati diri muslim” selasa 10 juli 2001 di masjid pogung raya yogyakarta.





Ahlus Sunnah menjaga tegaknya syiar-syiar islam seperti menunaikan sholat Jumat dan jamaah; haji, jihad, I’ed bersama para pemimpin yang baik atau yang jelek sebagai hal yang menyelisihi ahlul bid’ah. Bersegera menunaikan sholat yang wajib dan menunaikannya di awal waktu bersama jamaah. Mengerjakan sholat di awal waktu lebih utama daripada di akhirnya. Mereka menganjurkan untuk khusyu dan tuma’ninah di dalam sholat, dalam rangka mengamalkan firman Alloh :

ÞóÏú ÃóÝúáóÍó ÇáúãõÄúãöäõæäó(1)ÇáøóÐöíäó åõãú Ýöí ÕóáóÇÊöåöãú ÎóÇÔöÚõæäó(2)

Sungguh beruntung orang-orang yang beriman yaitu mereka yang khusyu di dalam sholat mereka. (S. Al-Mukminun 1-2).

Ahlul Sunnah wal Jamaah mewasiatkan untuk menegakkan sholat malam sebagai petunjuk nabi sholallohu alaihi wasalam. Allah pun memerintahkan nabinya untuk sholat malam dan bersungguh-sungguh di dalam ketaatan kepadaNya.Aisyah berkata bahwa nabi sholallohu alaihi wasalam melakukan sholat malam sampai kaki beliau bengkak,

maka berkata Aisyah mengapa engkau lakukan yang demikian ya Rasululloh? sungguh Alloh telah mengampunkan dosamu yang terdahulu dan yang akan datang. Beliau bersabda apakah aku tidak suka menjadi seorang hamba yang bersyukur? (HR. Bukhori).

Ahlus Sunnah wal Jama’ah tegar di dalam menghadapi ujian, dengan cara bersabar di atas bencana, bersyukur pada kelapangan, dan ridha dengan takdir. Firman Alloh Ta’ala :

Þõáú íóÇÚöÈóÇÏö ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÇÊøóÞõæÇ ÑóÈøóßõãú áöáøóÐöíäó ÃóÍúÓóäõæÇ Ýöí åóÐöåö ÇáÏøõäúíóÇ ÍóÓóäóÉñ æóÃóÑúÖõ Çááøóåö æóÇÓöÚóÉñ ÅöäøóãóÇ íõæóÝøóì ÇáÕøóÇÈöÑõæäó ÃóÌúÑóåõãú ÈöÛóíúÑö ÍöÓóÇÈò(10)

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar 10)

Sabda rasululloh sesungguhnya besarnya ganjaran bersama besarnya cobaan, dan sesungguhnya Alloh apabila mencintai suatu kaum maka Alloh akan memberikan cobaan kepada mereka. Maka barangsiapa yang ridho maka baginya keridhoan dan barangsiapa yang marah maka baginya kemarahan.

(HR. Tirmidzi dishohehkan oleh Albani).

Ahlus Sunnah tidaklah mengharap dan meminta kepada Alloh ditimpakan cobaan, karena tidak mengetahui apakah mereka ditetapkan padanya atau tidak. Akan tetapi, apabila mereka mendapatkan cobaan maka bersabar. Sabda nabi sholallohu alaihi wasalam

janganlah kalian berangan-angan untuk bertemu musuh dan mintalah kepada Allah keselamatan maka apabila kalian bertemu musuh maka bersabarlah.

(HR. Bukhori Muslim).

Ahlus Sunnah tidak berputus asa terhadap rahmat Alloh di dalam ujian, karena sesungguhnya Allah mengharamkan hal tersebut. Mereka menghadapi hari-hari cobaan dengan memandang akan datangnya kelapangan dan pertolongan yang dekat. Hal ini disebabkan mereka percaya dengan janji Alloh dan mengetahui bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Mereka pun mencari penyebab terjadinya ujian itu pada diri mereka sendiri dan mereka memandang bahwa ujian dan musibah tidaklah menimpa kecuali karena perbuatan mereka sendiri. Pertolongan terkadang diakhirkan dengan sebab seseorang terjerumus di dalam dosa atau lemah di dalam berittiba’ sebagaimana firman Alloh :

æóãóÇ ÃóÕóÇÈóßõãú ãöäú ãõÕöíÈóÉò ÝóÈöãóÇ ßóÓóÈóÊú ÃóíúÏöíßõãú æóíóÚúÝõæ Úóäú ßóËöíÑò(30)

Dan apa-apa musibah yang menimpa kalian maka disebabkan oleh tangan kalian sendiri. (Asy-Syura 30).

Ahlus sunnah tidak menyandarkan diri dalam menghadapi ujian dan menolong agama dengan sebab-sebab duniawiyah, walaupun tidak lalai terhadap sunnah kauniyah. Dan mereka memandang bahwa taqwa kepada Alloh, istighfar dari dosa-dosa, bersandar kepada Alloh dan bersyukur di dalam kebahagian merupakan sebab yang terpenting di dalam menyegerakan kelapangan setelah kesempitan.

Ahlus Sunnah takut terhadap balasan kufur nikmat, sehingga terlihatlah mereka sebagai orang yang paling bersemangat untuk bersyukur,memuji Alloh dan kontinu di atas hal yang demikian pada setiap kenikmatan, yang kecil maupun yang besar. Sabda rasululloh sholallohu alaihi wasalam

lihatlah kepada orang yang di bawah kalian dan jangan melihat kepada orang yang di atas kalian. (HR. Tirmidzi dishohihkan oleh Albani).

Ahlus Sunnah wal Jama’ah menghiasi diri mereka dengan akhlak yang mulia dan kebaikan amalan. Sabda nabi sholallohu alaihi wasalam

orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling beriman dan yang terbaik diantara mereka adalah yang terbaik akhlaknya.

(HR. Tirmidzi dishohihkan oleh Albani).

Dan sabda beliau

tidak ada sesuatu yang diletakkan di dalam mizan lebih berat daripada kebaikan akhlak dan sesungguhnya pemilik akhlak yang baik akan meraih dengannya derajat orang-orang yang berpuasa dan sholat. (HR. Tirmidzi dishohihkan oleh Albani).

Di antara akhlak salafus sholeh Ahlul Sunnah wal Jama’ah

· Ikhlas di dalam berilmu dan beramal. takut terhadap masuknya riya’ pada keduanya. Firman Allah :

ÃóáóÇ áöáøóåö ÇáÏøöíäõ ÇáúÎóÇáöÕõ

ketahuilah hanya untuk Alloh agama yang murni. (QS. Az-Zumar 3).

· Mengagungkan batasan-batasan Allah dan merasa cemburu apabila batasan-batasan Allah dilanggar. Menolong agama Allah dan syariat Nya, banyak mengagungkan kehormatan kaum muslimin serta cinta apabila kaum muslimin memperoleh kebaikan . Firman Alloh :

Ðóáößó æóãóäú íõÚóÙøöãú ÔóÚóÇÆöÑó Çááøóåö ÝóÅöäøóåóÇ ãöäú ÊóÞúæóì ÇáúÞõáõæÈö(32)

barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati (QS. Al-Hajj 32).

· Berusaha meninggalkan sifat nifak, dengan menyamakan antara lahir dan batin di dalam kebaikan, memandang bahwa amalan mereka masih sangat sedikit, dan selalu mendahulukan amalan akhirat di atas amalan dunia.

· Kelembutan hati, banyak menangis atas kekurangan dalam menunaikan hak-hak Allah ,mereka lakukan hal ini dengan harapan agar Allah menyayangi mereka. Banyak mengambil pelajaran dan menangis. Perhatian dengan perkara kematian apabila menyaksikan jenazah, atau mengingat kematian, sekaratnya dan su’ul khatimah sehingga bergoncang dada mereka.

· Bertambah tawadhu’ ketika bertambah dekat kepada Allah ta’ala

· Banyak bertaubat, memohon ampun siang dan malam karena mengetahui bahwa mereka tak selamat dari dosa sampai di dalam amalan ketaatan mereka. mereka memohon ampun atas kekurangan di dalam ketaatan,kekhusukan dan kedekatan kepada Allah. Tiadanya rasa ujub /bangga dengan sesuatu dari amal-amal mereka , benci dengan ketenaran, bahkan selalu melihat kekurangan dan kelemahan di dalam ketaatan terlebih di dalam kejelekan mereka

· Sangat menekankan terhadap permasalahan taqwa dan tiada mendakwakan diri sebagai orang yang bertaqwa, dan banyaknya ketakukan mereka terhadap Allah azza wa jalla

· Ketakutan yang sangat terhadap Allah, kalau akhir kehidupan mereka ditutup dengan su’ul khatimah. mereka tidak lalai dari dzikrullah. Merasakan kehinaan dunia di sisi mereka, kuatnya penolakan mereka terhadap dunia dan tidak membangun (kediaman)dunia kecuali sesuai kebutuhan tanpa menghias-hiasinya. Sabda Rasulullah sholallohu alaihi wasalam “ demi Allah tidaklah dunia ini dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang diantara kalian mencelupkan jarinya ke laut maka lihatlah apa yang menetes (Hr Muslim)

· Tidak ridha dengan kesalahan yang ditujukan kepada agama atau kepada orang yang mengamalkannya, bahkan membantahnya dan memberi udzur kepada orang yang berkata tentangnya. Banyak menutupi kekurangan kaum muslimin, kuatnya munaqosah(berdialog) terhadap pribadi mereka sebagai bukti wara’, tidak suka membuka aib seseorang, sibuk dengan kekurangan diri daripada aib orang lain, bersungguh-sungguh menutupi kekurangan orang lain, menutupi yang tersembunyi tidak melebihkan seseorang dari yang ia dengar pada haknya, meninggalkan permusuhan terhadap manusia dan banyak bersahabat dengan mereka. Tidak menanggapi seseorang dengan kejelekan dan tidak memusuhi seorang pun. Sabda nabi sholallohu alaihi wasalam “ tidak akan masuk surga tukang fitnah/adu doma pada riwayat muslim nammam/ tukang adu domba

· Menutup pintu ghibah pada majelis mereka , menjaga lidah dari ghibah agar tidak menjadi majelis dosa. Firman Allah

æóáóÇ ÊóÌóÓøóÓõæÇ æóáóÇ íóÛúÊóÈú ÈóÚúÖõßõãú ÈóÚúÖðÇ ÃóíõÍöÈøõ ÃóÍóÏõßõãú Ãóäú íóÃúßõáó áóÍúãó ÃóÎöíåö ãóíúÊðÇ ÝóßóÑöåúÊõãõæåõ (12)

“ Janganlah seorang menghibahi yang lain, sukakah seorang diantara kalian memakan bangkai saudaranyan tentu dia akan benci (QS Al Hujurat 12)

· Penuh dengan rasa malu, adab, kecintaan, ketenangan, sedikit bicara, sedikit tertawa, banyak diam, berbicara dengan hikmah tidak merasa gembira dengan dunia. Yang demikian ini dikarenakan sempurnanya akal mereka. Sabda rasulullah sholallohu alaihi wasalam “ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya berkata yang baik atau diam. dan bersabda barangsiapa diam maka beruntung/ menang (HR Tirmizi)

· Banyak memaafkan terhadap setiap orang yang mengganggu, mengambil harta, kehormatan mereka atau yang semisalnya firman Allah

ÇáøóÐöíäó íõäúÝöÞõæäó Ýöí ÇáÓøóÑøóÇÁö æóÇáÖøóÑøóÇÁö æóÇáúßóÇÙöãöíäó ÇáúÛóíúÙó æóÇáúÚóÇÝöíäó Úóäú ÇáäøóÇÓö æóÇááøóåõ íõÍöÈøõ ÇáúãõÍúÓöäöíäó(134)

“ Dan orang-orang yang menahan kemarahan, dan memaafkan manusia dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan (QS Ali Imran 134)

· Tidak lalai dengan serangan iblis, bersungguh-sunguh mengetahui tipu daya dan jebakan-jebakannya, tidak merasa was-was di dalam wudlu, sholat dan ibadah yang lain karena yang demikian adalah tipu daya syaithan

· Banyak bersedekah dengan apa-apa yang lebih dari kebutuhan mereka siang dan malam, sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Banyak bertanya tentang keadaan sahabatnya , yang demikian karena sederhananya mereka dalam kebutuhan makan, pakaian dan mereka tidak berlebihan dalam hal-hal yang halal

· Mencela kekikiran; Bersikap dermawan, memberikan harta , berkasihsayang dengan saudara mereka dalam safar dan mukim sebagai pengokoh dalam menolong dien dan inilah maksud utama mereka. Kuatnya kecintaan untuk berbuat makruf kepada saudaranya dan memberikan kebahagiaan satu dengan yang lain, mendahulukan saudaranya daripada dirinya sendiri

· Memuliakan tamu dan melayaninya kecuali dengan uzur syar’I. kemudian mereka tidak memandang bahwa mereka telah mencukupi dan melayani tamu tersebut di saat tinggal bersama mereka, dan mereka berhusnudhon dengan tamu. Menerima undangan saudaranya kecuali bila makanannya haram atau bila dikhususkan pada orang kaya atau pada tempat walimah ada hal yang diharamkan

· Beradab dengan kebaikan terhadap yang lebih muda terlebih kepada yang lebih tua, terhadap orang yang jauh terlebih kepada yang dekat, kepada yang bodoh terlebih kepada yang alim

· Mendamaikan sesama sebagai sebuah pintu kebaikan yang nyata, menegakkan yang ma’ruf, karena perdamaian merupakan pembatal langkah syaitan yang menghendaki timbulnya permusuhan, kebencian di kalangan muslimin, dan kerusakan diantara mereka

· Melarang dari dengki, karena kedengkian mewariskan permusuhan dan kebencian, kelemahan iman dan kecintaan terhadap dunia tanpa tujuan syar’I

· Memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan berbuat kebaikan kepada keduanya firman Allah

æóæóÕøóíúäóÇ ÇáúÅöäúÓóÇäó ÈöæóÇáöÏóíúåö ÍõÓúäðÇ (8)

” Dan kami wasiatkan manusia untuk berbuat kebaikan kepada kedua orang tua (QS Al Ankabut 8)

· Memerintahkan berbuat baik kepada tetangga, lembut kepada para hamba, menyambung silatur rahim, menebarkan salam, menyayangi fakir miskin, yatim dan ibnu sabil

· Melarang berbangga diri, sombong, ujub, melampaui batas dan memerintahkan berbuat adil pada setiap sesuatu

· Tidak meremehkan sesuatu pun dari keutamaan yang dianjurkan syara’ . sabda rasulullah sholallohu alaihi wasalam “Janganlah kalian meremehkan suatu kebaikan pun walaupun hanya bertemu dengan saudara kalian dengan wajah yang ceria ( HR Muslim)
Melarang dari buruk sangka, memata-matai, mencari kekurangan muslimin karena yang demikian merusak hubungan persatuan, memisahkan persaudaraan dan menumbuhkan kerusakan. Mereka tidak marah pada muslimin karena mereka mengilmui fiqih kemarahan firman Allah “ dan orang yang menahan marahnya, memaafkan manusia dan Allah mencintai orang yang berbuat ihsan dam Ihlas …



PENYAKIT RIYA`

Nash-nash al Qur`an dan as Sunnah menunjukkan bahwa riya adalah perbuatan haram dan mencela pelakunya. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa telah berfirman :

Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :

Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman : “Aku Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barang siapa yang beramal dengan menyekutukanku, maka Aku tinggalkan dia dan perbuatan syiriknya.” (HR Imam Muslim no 2985)

Dan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam juga telah bersabda :

“Sesungguhnya yang paling saya takutkan pada kalian adalah syirik paling kecil” Para sahabat bertanya : “Apa yang dimaksud syirik paling kecil itu?” Beliau menawab : “Riya`” Sesungguhnya Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman pada hari semua amal hamba dibalas (hari kiamat) : “ Datangilah orang yang dulu kalian tunjukkan amal kalian padanya di dunia, lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka.” (HR Ahmad no 22742 dan Al Baghawi. Syekh al Albani berkata : sanadnya baik (jayyid) (lihat Silsilah Hadits Shahihah no 951)

Abu Umamah al Bahiliy melihat seorang lelaki di dalam masjid sedang menangis ketika sujud, kemudian beliau berkata : “Anda, seandainya ini anda lakukan di rumah anda (tentu lebih baik).”

HAKEKAT RIYA`

Kata riya` berasal dari kata ru`yah (melihat). Asalnya adalah mencari kedudukan di hati manusia dengan menunjukkan kepada mereka berbagai perangai dan sifat baik. Adapun yang ditunjukkan kepada manusia cukup banyak, namun bisa dikelompokkan menjadi lima bagian, yang semuanya merupakan sarana yang biasa digunakan oleh seorang hamba untuk berhias di hadapan manusia, yaitu : fisik (badan), pakaian, perkataan, perbuatan, pengikut, dan barang-barang yang tampak di luar.

Adapun riya` dalam agama dengan badannya adalah dengan menampakkan keletihan dan kelelahan yang mengesankan kerja keras, merasa sedih memikirkan berbagai persoalan agama dan sangat takut dengan akhirat.

Adapun riya` dengan penampilan dan pakaian seperti rambut kusut, menundukkan kepala ketika berjalan, sangat tenang dalam melakukan aktivitas dan membiarkan bekas sujud menempel di wajahnya.

Riya` dengan perkataan seperti riya` yang dilakukan oleh orang-orang mendalami agama dengan memberikan mau’izhah (nasehat), peringatan dan berbicara dengan kata-kata hikmah (mutiara) dan atsaar (Hadits Nabi atau perkataan ‘ulama`) untuk menampakkan perhatiannya dengan perbuataan orang-orang shaleh serta menggerakkan kedua bibirnya untuk bedzikir di depan orang banyak.

Riya` dengan amal seperti riya`nya orang yang shalat dengan memanjangkan berdiri, sujud dan ruku’, menundukkan kepala dan tidak menoleh.

Sedangkan riya` dengan teman dan orang-orang yang mengunjungi seperti orang yang meminta seorang alim ulama mengunjungi supaya dikatakan bahwa (alim) fulan sudah mengunjungi fulan.

TUJUAN RIYA`

Orang yang riya` mempunyai tujuan-tujuan yang bisa kita bagi menjadi beberapa tingkat,

Pertama : Tujuannya adalah agar ia dapat lebih leluasa berbuat ma’siyat. Seperti orang yang riya` dengan menampakkan taqwa dan wara`. Tujuannya agar dikenal orang sebagai orang yang mempunyai sifat amanah kemudian orang-orang memberikan kedudukan untuk posisi tertentu atau mempercayakan pembagian harta (zakat, infak dan yang sejenis) kepadanya. Ia mendapat keuntungan dari kepercayaan tersebut. Ini adalah jenis riya` yang dibenci oleh Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa karena menjadikan ta’at kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa sebagai salah satu tangga menuju kema’siyatan kepada Nya.

Kedua : Tujuannya mendapatkan keuntungan duniawi semata, baik berupa harta ataupun wanita yang ingin dinikahinya. Seperti orang yang menampakkan ilmu dan ketaqwaannya karena ingin menikah atau mendapatkan uang. Ini juga riya` yang dicela, karena ia melakukan ketaatan karena mencari keuntungan duniawi, tetapi tingkatannya di bawah yang pertama.

Ketiga : Tidak bertujuan mendapatkan harta atau menikahi wanita, tetapi ia menampakkan ibadah karena takut dilihat kurang oleh orang, tidak dianggap orang-orang khusus dan zuhud serta dianggap seperti orang-orang pada umumnya.

PEMBAGIAN RIYA`

1. Riya` Jaliy (tampak jelas) yaitu riya` yang menjadi pendorong untuk beramal meski dimaksudkan untuk mendapatkan pahala.

2. Riya` Khafiy (samar). Riya` ini lebih ringan. Meski bukan motivasi untuk beramal tetapi membuat amalnya yang ditujukan karena Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa lemah. Seperti orang yang biasa melakukan tahajjud setiap malam dan itu ia jalani dengan berat, tetapi kalau ada tamu yang datang (menginap) ia tambah semangat dan ia jalani shalat tersebut dengan ringan. Tergolong dalam jenis riya` khafiy juga adalah orang yang menyembunyikan berbagai ketaatannya, tetapi jika orang-orang melinhatnya ia senang jika orang-orang menyambutnya dengan penuh ceria dan penghormatan, memujinya, bersemangat untuk membantu memenuhi keperluannya, tidak banyak menuntutnya dalam berjual beli dan memberinya tempat (dalam berbagai pertemuan) dan jika ada orang yang kurang memberikan haknya hatinya merasa keberatan.

Orang-orang yang ikhlas senantiasa takut terhadap riya` khafiy. Kesungguhannya untuk menyembunyikan berbagai ketaatannya lebih besar daripada kesungguhan orang-orang menyembunyikan keburukan mereka. Semua itu ia lakukan karena mengharap agar seluruh amal shalehnya ikhlas, kemudian hanya Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang membalasnya pada hari kiamat karena keikhlasan mereka. Sebab mereka mengetahui bahwa pada hari kiamat nanti tidak akan diterima (amalan) kecuali dari orang yang ikhlas dan mereka menyadari bahwa pada saat itu mereka sangat membutuhkannya.

OBAT RIYA` DAN CARA MEMBERSIHKAN HATI DARI RIYA`

Anda telah mengetahui bahwa riya` menghapuskan amal, sebab kemurkaan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dan merupakan pembinasa yang paling besar. Kalau memang begini sifatnya maka sudah sepantasnya untuk secara sungguh-sungguh menghilangkannya. Ada beberapa tingkatan untuk mengatasinya.

Pertama : Memotong akar dan asal usulnya yaitu senang dipuji, menghindari pahitnya dicela dan sangat tamak terhadap yang dimiliki manusia. Tiga hal inilah yang menggerakan orang untuk riya`. Cara mengatasinya : Menyadari bahaya riya` dan akibat yang ditimbulkannya dengan tidak didapatkannya hati yang baik (bersih), terhalang mendapatkan taufiq di dunia, tidak mendapatkan kedudukan di sisi Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa di akhirat nanti, balasan yang akan diterima berupa siksaan, kemurkaan yang dahsyat dan kehinaan yang tampak. Bagaimanapun, jika seorang hamba memikirkan kehinaan tersebut, kemudian membandingkan apa yang didapatkannya dari menampakkan keindahan (perkataan, amal dll) dihadapan manusia di dunia dengan apa yang tidak bisa ia raih di akhirat dan pahala yang terhapus, ia akan dengan mudah menghilangkan keinginan tersebut. Seperti orang yang mengetahui bahwa madu itu enak tetapi kalau ternyata di dalamnya ada racun yang akan berakibat buruk baginya, ia akan tinggalkan madu tersebut.

Kedua : Menghilangkan berbagai (bisikan) yang sempat mengganggunya ketika melakukan ibadah. Ini juga perlu dipelajari. Orang yang berjuang memerangi (penyakit) jiwanya dengan memotong akar-akar riya`, menghilangkan rasa tamak dan menganggap hina pujian dan celaan orang, kadang-kadang syetan tidak membiarkannya pada saat menjalankan ibadah, tetapi membisikkan riya`. Jika terbetik dalam benaknya bahwaorang-orang sedang melihatnya, melawannya dengan mengatakan pada dirinya : Apa urasanmu dengan orang-orang itu, merek tahu atau tidak, Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa mengetahui keadaanmu. Apa faidahnya orang mengetahui (amal kita) ? Jika keinginan untuk mendapatkan pujian sedang bergejolak, ingat dengan penyakit riya` yang ada dalam hatinya yang menyebabkannya mendapatkan murka dari Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dan kerugian ukhrawi lainnya.

SALAH, JIKA ORANG MENINGGALKAN KETAATAN KARENA TAKUT RIYA`

Ada orang yang meninggalkan amal karena takut riya`. Ini satu sikap salah, cocok dengan keinginan syetan untuk mengajak manusia malas (beramal) dan meninggalkan kebaikan. Selama motivasi untuk beramalnya sudah benar dan sesuai dengan tuntunansyari’at yang lurus, maka jangan meninggalkan amal karena ada bisikan riya`, tetapi ia wajib berusaha mengatasi bisikan riya`, menanamkan dalam dirinya malu terhadap Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dan mengganti pujian manusia dengan pujian Nya.

Fudhail bin Iyadl berkata : “Beramal karena manusia adalah syirik, meninggalkan amal karena manusia adalah riya` dan ikhlas adalah Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa selamatkan anda dari keduanya.”

Ada orang alim lain yang berkata : “Barang siapa yang meninggalkan amal karena takut ikhlas maka ia telah meninggalkan ikhlas dan amal.

Wabillahi Taufik Wal hidayah Wassalammu’alaikum wr, wb


Pentingnya aqidah islamiyah


Sesungguhnya agama islam adalah aqidah dan syari’ah. Adapun yang dimaksud dengan aqidah, yaitu setiap perkara yang dibenarkan oleh jiwa dan dengan hati menjadi tentram serta menajdi keyakinan bagi para pemeluknya , tidak ada keraguan dan kebimbangan bagi pemeluknya .Sedangkan yang dimaksudkan syariah adalah tugas-tugas yang diembankan oleh islam seperti sholat, zakat, puasa, berbakti kepada orang tua dan lainnya.Landasan aqidah islamiyah adalah beriman kepada Allah , malaikat – malaikat, kitab- kitab , para Rasul , hari Akhir, dan beriman kepada Qodo ( takdir) , yang baik ataupun yang buruk. Firman Allah :

“ Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebajikan , akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, Malaikat- Malaikat , Kitab- Kitab dan Nabi- Nabi . (Al Baqoroh :177)

“ Sesunguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran dan perintah kami hanyalah satu, perkataan seperti kejapan mata. (al Qomar 49-50).

Sabda nabi “ Iman adah hendaknya engkau percaya pada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari Kemudian dan percaya kepada Qodo (takdir) yang baik maupun yang buruk ) ( HR Bukhari dan Muslim)

Pentingnya Aqidah Islamiyah

Pentingnya aqidah islamiyah tanpak dalam banyak hal; diantaranya adalah:

1. Bahwasanya kebutuhan kita terhadap aqidah adalah diatas segala kebutuhan, dan kepentingan kita terhadap aqidah adalah diatas segala kepentingan. Sebab tidak ada kebahagiaan , kenikmatan, dan kegembiraan bagi hati kecuali dengan beribadah kepada Allah pencipta segala sesuatu.
2. Bahwasanya aqidah islamiyah adalah kewajiban yang paling besar dan yang paling ditekankan , karena itu, ia adalah sesuatu yang pertama kali diwajibkan kepada manusia.
3. Rasulullah saw. Bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah (HR Bukhori dan Muslim)
4. Bahwa akidah islamiyah adalah satu-satunya aqidah yang bisa mewujudkan keamanan dan kedamaian, kebahagian dan kegembiraan, “ Tidak demikian bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah sedang Ia berbuat kebajikan , baginya pahala pada sisi tuhannya dan tidak ada kekuatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati al Baqoroh 112. Demikian pula , hanya aqidah islamiyahlah satu-satunya aqidah yang bisa mewujudkan kecukupan dan kesejahteraan . Allah berfirman” Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi “ ( Al A’raf 96 )

Darah dan Kehormatan Umat Islam
Di hari akhir nanti, ada pihak-pihak yang akan merugi dan menyesal. Mereka adalah orang-orang yang selalu berusaha berbuat kerusakan di muka bumi. Menghidupkan kebencian dan kedengkian di kalangan manusia. Senang dengan kehancuran, pengrusakan, kekejian di kalangan mukminin. Tidak hanya itu, bahkan mereka senantiasa mengidamkan hilangnya nikmat orang lain, benci bila orang lain merasakan kesenangan dan kebahagiaan. Semua aktivitas tersebut lengkap pula dengan perilaku mereka yang suka menyakiti orang lain, baik dengan perkataan, perbuatan , atau bahkan sampai kepada pembunuhan jiwa manusia. Padahal kita mengetahui bahwa para hamba adalah tanggungan Allah. Terlebih lagi kaum muslimin dan orang beriman merekalah kekasih Allah sesuai dengan tingkat keimanan mereka. Ketika kaum mukminin disakiti berarti mereka menyakiti Allah dan rasulNya. Allah janjikan kepada mereka…." Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya, Allah akan melaknatinya di dunia dan akhirat dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan" (Al Ahzaab 57)
Perbuatan jelek mereka terhadap kaum muslimin berbuah keburukan dan kehinaan. Memikul dosa yang besar dan berat dengan sebab tindakan menyakitkan yang diperbuat kepada manusia. Tak heran apabila manusia menyingkir dari kekejian dan keburukan mereka. Inilah yang disinyalir oleh rasul kita alaihi ash sholatu wassalam "Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah orang yang dipisahkan oleh manusia, atau ditinggalkan oleh manusia karena takut terhadap perbuatan kejinya" (hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
Hal-hal yang termasuk kejelekan terhadap mukminin adalah menghinakan dan merendahkan kehormatan kaum mukminin. Banyak contoh untuk hal ini, diantaranya adalah membeberkan kekurangan orang beriman di muka umum, menfitnah mereka, atau memperlakukan mereka seperti hewan yang tak ada harganya. Ini semua adalah trik dan makar dari syetan yang menghasut manusia untuk mengumbar kata, berburuk sangka dan mencelakakan manusia.
Kehormatan dan darah kaum mukminin sangat mahal di sisi Allah, tak layak bagi seorang pun menumpahkannya tanpa hak. Sungguh barang siapa yang membunuh satu jiwa di kalangan muslimin seakan-akan dia telah membunuh manusia secara keseluruhan. Dan barang siapa yang menghidupkannya seakan telah menghidupkan seluruh manusia. Mari kita jaga serta bela darah dan kehormatan kaum muslimin….

Apa Makna Syahadat Laa Ilaaha Illallaah
Laa ilaaha illallah adalah sebuah kata yang sedemikian akrab dengan kita. Sejak kecil (kalau kita hidup di tengah keluarga muslim), kita akan begitu familiar dengan ucapan tersebut. Mungkin karena terlalu biasa mengucapkan kita sering tak peduli dengan makna yang hakiki dari kalimat tersebut. Malahan boleh jadi kita belum paham dengan maknanya. Sehingga bisa saja perilaku kita terkadang bertentangan dengan kandungan dari laa ilaaha illallah itu sendiri tanpa kita sadari. Hal ini tentunya sangat berbahaya bagi kehidupan keagamaan kita. Kalimat tersebut secara pasti menentukan bahagia dan celakanya kehidupan seseorang di dunia dan akhirat. Terus apakah terlambat bagi kita untuk tahu tentang makna syahadat tersebut di usia kita sekarang ini.? Jawabnya tidak ada kata terlambat sebelum nyawa sampai di tenggorokan kita, mari kita mulai dari sekarang untuk memahaminya. Untuk itu Al-madina mencoba mengangkat masalah makna syahadat ini untuk kemudian dipahami, agar melempangkan jalan kita meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Kalau kita tinjau sebenarnya kalimat laa ilaaha illallah mengandung dua makna, yaitu makna penolakan (nafi) segala bentuk sesembahan selain Allah, dan makna menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Allah semata. Berkaitan dengan mengilmui kalimat ini Allah ta'ala berfirman: "Maka ketahuilah(ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah" (QS Muhammad : 19)
Berdasarkan ayat ini, maka mengilmui makna syahadat tauhid adalah wajib dan mesti didahulukan daripada rukun-rukun islam yang lain. Disamping itu nabi kita pun menyatakan "Barang siapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan ikhlas maka akan masuk ke dalam surga" ( HR Ahmad)
Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah mereka yang memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya, karena di dalamnya terkandung tauhid yang Allah menciptakan alam karenanya. Rasul mengajak paman beliau Abu Thalib, Ketika maut datang kepada Abu Thalib dengan ajakan "wahai pamanku ucapkanlah laa ilaaha illallah sebuah kalimat yang aku akan jadikan ia sebagai hujah di hadapan Allah" namun Abu Thalib enggan untuk mengucapkan dan meninggal dalam keadaan musyrik. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tinggal selama 13 tahun di makkah menggajak orang-orang dengan perkataan beliau "Katakan laa ilaaha illallah" maka orang kafir pun menjawab "Beribadah kepada sesembahan yang satu, kami tidak pernah mendengar hal yang demikian dari orang tua kami". Orang qurays di jaman nabi sangat paham makna kalimat tersebut, dan barangsiapa yang mengucapkannya tidak akan menyeru/berdoa kepada selain Allah. Laa ilaaha illallah adalah asas dari tauhid dan islam dengannya terealisasikan segala bentuk ibadah kepada Allah dengan ketundukan kepada Allah, berdoa kepadanya semata dan berhukum dengan syariat Allah. Seorang ulama besar Ibnu Rajabb mengatakan: Al ilaah adalah yang ditaati dan tidak dimaksiati, diagungkan dan dibesarkan dicinta, dicintai, ditakuti, dan dimintai pertolongan harapan. Itu semua tak boleh dipalingkan sedikit pun kepada selain Allah. Kalimat laa ilaaha illallah bermanfaat bagi orang yang mengucapkannya selama tidak membatalkannya dengan aktifitas kesyirikan. Inilah sekilas tentang makna laa ilaaha illallah yang pada intinya adalah pengakuan bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah ta'ala semata .

Kiamat Sudah Dekat !!! …
Waktu antara diutusnya Nabi kita Muhammad sholallohu alaihi wasalam dengan hari kiamat sangatlah dekat. Demikian pemberitaan dari nabi sendiri, yang menyadarkan kita agar lebih bergegas dan bersiap dalam membawa perbekalan untuk menyongsongnya. Meski banyak yang sepakat bahwa kiamat memang dekat, namun mayoritas kita sering tak sadar atau berpura tak sadar, bahkan larut dalam berbagai perhiasan dunia yang melalaikan. Sejenak, mari kita kembali membaca dan menyaksikan beberapa bukti konkret tanda kedekatan hari kiamat. Agar hati kembali tersadar bahwa masa itu memang telah dekat, semakin dekat menjelang. Mengakhiri sebuah kehidupan peradaban manusia di dunia menuju sebuah kehidupan panjang, kekal dan abadi. kehidupan akhirat. Sebagai sebuah peringatan yang nyata bagi setiap yang memiliki akal fikiran " ….dan berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman" Diantara tanda kiamat yang diberitakan oleh Rasulullah sholallohu alaihi wasalam yang kini telah nyata di depan mata kita adalah " Sesungguhnya di antara tanda-tanda akan datangnya kiamat adalah jika ilmu(agama) diangkat/hilang, kebodohan dikukuhkan , khamr/minuman keras diminum dan perzinaan tampak nyata" (HR Bukari, muslim dan ahmad) Tanda ini dikategorikan dalam tanda kiamat sughra (kecil) bukan tanda kubra. Namun bukan berarti memberikan kesempatan bagi kita untuk bersantai dan bernafas panjang, dan mengatakan "kiamat masih jauh". Bahkan seharusnya menjadi pelajaran bagi kita bahwa apa yang diberitakan nabi haq (benar) adanya. Maka kabar-nabi yang lain pun seperti kiamat besar dan syariat yang beliau bawa adalah benar pula adanya. Demikian semestinya seorang muslim berpandangan. Hal yang lain adalah tumbuhnya rasa syukur pada diri kita, karena Allah masih memberikan kesempatan bagi kita untuk membenahi lembaran kehidupan kita, menuliskan catatan kebaikan dalam buku kehidupan kita. Masih ada kesempatan untuk bertaubat kepada Allah Yang Ghafuur (Maha pengampun) dan Rahiim (maha pengasih). Di zaman ini, selaras dengan sabda Nabi semakin minim ilmu dien. Semakin sedikit para penyandang ilmu syar'i yaitu para ulama di muka bumi. Satu demi satu dipanggil oleh Allah ke sisi-Nya. Tak lekang dari ingatan kita meninggalnya para ulama besar Islam beberapa waktu belakangan, seperti Syaikh Abdul Aziz Ibn Baz, Syaikh Nashiruddin Al Albani dan Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin. Konsekwensinya, manusia semakin jauh dari agama Islam. Kebodohan pun meraja-lela di seluruh penjuru bumi kecuali yang dirahmati oleh Allah azza wa jalla. Orang pun berbuat sekehendaknya menuruti bujuk rayu syaitan, memperturutkan nafsu syahwat keduniaan. Layak bila kemudian khamar bertebaran, perzinaan meluas. Khamr dinamai dengan nama yang lain, beragam sesuai kelas pencandunya. Sabu- sabu adalah satu contohnya. Berapa banyak pemuda islam yang mengkonsumsi, meski Cuma sekali-dua kali atau jadi kebutuhan primernya, naudzubillah min dzalik. Khamar kini dijual bebas di berbagai penjuru, di toko, restoran, hotel, klub atau diecerkan di warung-warung kecil. Dulu mungkin orang risih melihatnya, atau yang jual malu dengan orang, namun kini tak ada lagi kata malu dan risih. Orang yang menenggak bir pun kini tak ragu lagi, cuek. orang lain pun tak peduli dan berucap yang penting tidak mengganggu kita. Innalillahi wa inna ilaihi raa jiun
Perzinaan pun kini menyebar. Sarana dan prasarana semakin lengkap, canggih, bebas, dan berkelas-kelas. Begitu mudahnya diperoleh di pelosok-pelosok, di pinggir jalan dan tempat-tempat yang lain. Pergaulan para pemuda pun penuh dengan muatan perzinaan. Muda-mudi bergaul dengan bebasnya, tanpa batas yang jelas. Perzinaan kini terasa menjadi hal yang tidak asing bagi telinga manusia. Untuk selanjutnya menjadi hal yang dilegalkan , naudzubillah. sebaliknya, menjadi hal yang aneh bila ada anak muda yang nikah di masa muda mereka tanpa mau ikut bergaul bebas seperti pemuda yang lain.inilah keadaan memprihatinkan yang dikabarkan oleh rasul kita sebagai salah satu tanda hari kiamat. Suka kah kita dengan kemungkaran yang seperti ini ? bila tidak, mari kita ikut ambil bagian memperbaiki kondisi ini !

Tanda kiamat lain yang diberitakan oleh nabi kita adalah 'tersianya amanah. Ini dalam sabda nabi Muhammad sholallohu alaihi wasalam ketika beliau ditanya "wahai rasulullah, kapan kiamat itu / rasululah menjawab" jika amanah telah disia-siakan tunggulah datangnya kiamat, orang itu berkata "bagaimana menyia-nyiakannya" nabi bersabda "apabila perkara sudah diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kiamat" dan ini terjadi ketika kebodohan merata dan menjadi hal yang lumrah.Amanah yang dimaksud diantaranya dalam perkara yang berkaitan dengan agama seperti khilafah, pemerintahan, hukum fatwa dan lain-lain. Mata kepala kita pun menyaksikan dengan jelas realita dari tanda ini. Betapa banyak manusia di zaman ini yang berbicara dan berfatwa tanpa ilmu. Diulama'kan padahal bukan ulama. Dan juga diserahkannya kepemimpinan bukan pada orang yang sesuai sungguh sebuah musibah yang luar biasa. Ini beberapa tanda dari kedekatan hari kiamat, dan memang ia semakin mendekat. Haul dan Kultus Individu
Masyarakat Indonesia sampai detik ini, masih sangat demen dengan hal-hal yang berbau keramat, mistik dan hal-hal yang aneh-aneh. Mulai dari benda-benda seperti cincin, keris, akik, pakaian, gamelan atau yang berwujud tempat, seperti gunung ini dan itu, atau orang tertentu yang dianggap tokoh masyarakat atau agama. Pengkultusan terhadap seseorang, ditemukan hampir merata di seluruh penjuru nusantara. Disebabkan punya kedudukan atau dianggap tokoh besar maka ia dikultuskan dan dikeramatkan. Pengkeramatan sang tokoh ini berlangsung sejak tokoh tadi hidup bahkan sampai ia meninggal dunia. Barang-barang yang berkaitan dengan sosok tadi pun dicari-cari dan diagung-agungkan, dijadikan jimat dan tidak lupa untuk dikeramatkan.Tambah parah lagi, makamnya senantiasa ramai dipadati oleh para pengagum dan simpatisan yang pingin 'ngalap berkah' dari kubur sang tokoh. Selalu semarak, itu yang terjadi di makam orang yang ditokohkan. Bahkan ketika tiba saat ulang tahun kematian dan kelahiran tokoh, semaraknya kubur lebih dibandingkan dengan semaraknya masjid-masjid Allah. Kenyataan ini lebih tambah mengenaskan ketika ditemukan kenyataan bahwa mayoritas peziarah adalah mereka yang menyatakan diri sebagai orang muslim. Aktivitas yang berhubungan dengan pengagungan seorang tokoh selalu akan bertambah variasinya, karena berjalan seiring dengan ide dan kreativitas para pengagum.

Contoh konkrit ada di zaman nabi Nuh. meninggalnya para tokoh agama di zaman itu memunculkan ide di kalangan para pengagum untuk membangun patung dan gambar demi mengenang sang tokoh. Awalnya untuk mendekatkan pada Allah. Ide berkembang setelahnya dengan menjadikan sang tokoh sebagai perantara dalam berdoa kepada Allah. Berkembang lagi hingga menjadikan patung tadi sesembahan yang diibadahi selain Allah. Kreatifitas kesyirikan ini hampir selalu berulang di setiap zaman dan generasi, karena ini adalah makar syaitan untuk menjerumuskan umat manusia ke dalam neraka. Tokoh yang dipuja bisa jadi berbeda namun sebenarnya hakikat kebatilan yang ditawarkan adalah sama. Di zaman nabi Nuh yang diagungkan adalah wadd, suwa , yaghuts , yauq dan nashr, dan di kafir qurays ada yang dinamakan latta, uzza, manna dan hubbal. Dan di negeri ini pun ada pula yang ditokohkan seperti itu. Wujud kreatifitas kesyirikan yang bisa ditemukan di masa kini, adalah dibuatnya berbagai perhelatan untuk mengagungkan sang tokoh, baik dengan megadakan tour ziarah, atau peringatan ulang tahun kelahiran dan kematian (haul). Atau mengawetkan barang-barang peninggalannya Bila ditimbang dalam syariat Islam, hal yang berkaitan dengan mengagungkan tokoh dan peninggalan-peninggalan bukanlah sesuatu yang dianjurkan. Bahkan sebaliknya pintu-pintu yang menuju kepada pengagungan tokoh, melebihi kapasitas kemanusiaan dicegah dan ditutup oleh Rasulullah dan para sahabat. Pengagungan terhadapan suatu benda dan individu tertentu hampir selalu identik dengan kesyirikan. Umumnya, sebuah masyarakat akan mengagungkan tokoh dan benda karena berjangkitnya penyakit kebodohan di tengah-tengah mereka. Tak tahu mana yang diperintahkan dan dilarang oleh syariat Allah ta'ala. Atau hadir di negeri tersebut para tokoh agama yang buruk yang memberikan contoh teladan keburukan kepada umat, mengahalalkan yang haram daan mengharamkan yang halal. Sampai hal yang syirik pun dilegalkan oleh ulama buruk ini. Bisa juga terjadi karena memang masyarakat terlampau ghuluw dalam mengagungkan seorang tokoh. Atau bercokol di negeri itu para pemimpin yang buruk, yang tak menjalankan syariat Allah ta'ala.

DZIKIR SHOLAT

Dzikir Seusai Sholat

"Astaghfirullah hal Adziim . Alaa Djiilaa Ilaa ha Ilaa Hu wal Khoyyul Qoyyumuu Wa atuubu Ilaihi " 3 x ( Saya mohon ampun kepada Allah )
"Allahumma antas salaam wa minkas salaam tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam"
( yaa Allah Engkaulah As salaam dan dari Engkaulah keselamatan, Maha Suci Engkau Wahai Tuhan yang Maha Agung dan Mulia )
"Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ala kulli syai-in qodiir. Laa haula walaa quwwata illa billah. Laa ilaaha illallah walaa na'budu illa iyyahu. Lahun nikmatu walahul fadh-lu walahuts tsanaul hasan. Laa ilaaha illallah mukhlisiina lahud diina walau karihal kaafiruun. Allahumma laa mani'a lima a'thaita walaa mu'thiya lima mana'ta walaa yanfa'u dzal jaddi minkal jadd."
( Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tiada sekutu bagi Allah baginya kerajaan dan pujian dan Dia atas segala sesuatu Maha Berkuasa. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah. Tiada Tuhan yang berhak diibadaahi selain Allah dan kami tidak beribadah kecuali kepadaNya semata. BagiNya nikmat keutamaan dan pujian yang bagus. Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah bagiNya dien yang bersih meskipun orang kafir benci. Yaa Allah tidak ada yang mampu mencegah apa yang engaku berikan dan tiada yang mampu memberi apa yang Engkau cegah dan tidak bermanfaat pemilik kemuliaan kecuali dariMu)

"Subhanallah" 33 x (Maha Suci Allah)
"Alhamdulillah" 33 x (Segala Puji Bagi Allah)
"Allahu Akbar" 33 x (Allah Maha Besar)
"Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ala kulli syai-in qodiir"
( Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata. tiada sekutu bagi Allah baginya kerajaan dan pujian dan Dia atas segala sesuatu Maha Berkuasa).
Ayat Kursi
Surat Al Ikhlash.
Surat al Falaq .
Surat An Naas .

Pengikut

Daftar Blog Saya